Kamis, 25 Apr 2024
MENU
Ramadan 2024

Menembus Hutan Demi Pendidikan Anak Pedalaman

SEHARI-HARI, Azizah Infayatul Maulina, 29 tahun, harus melewati jalan terjal berliku di pedalaman Taman Nasional Meru Betiri. Dengan mengendarai motor kesayangannya, dia menempuh jarak 17 km dari rumahnya di Sumberwungu, Krajan, Sarongan, Pesanggaran menuju SDN 2 Sarongan di Sukamade. Butuh waktu dua jam untuk sampai ke sana.

Jika musim hujan tiba, ujian Azizah semakin berat. Pasalnya, jalanan hutan yang berbatu itu menjadi licin. Di beberapa titik juga becek. Terlebih di tanjakan ekstrim yang dikenal warga setempat dengan nama kilo songo (kilometer 9) di tengah hutan Meru Betiri.

Baca juga: Bermodal Tekad, Mardiyah Antar Anak-anaknya Sukses

Ditambah lagi, tiga sungai besar yang harus dilewatinya sebelum memasuki Sukamade seringkali banjir. “Kalau banjir terpaksa harus menyeberang sungai dengan rakit,” katanya.


Baca Lainnya :

pendidikan anak Sukamade 1
Azizah menyeberangi sungai Sukamade dengan rakit.

Azizah mulai mengajar di Sukamade sejak lulus Ujian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan sistem Computer Assisted Test (CAT) tahun 2018. Saat mendaftar, dia sengaja memilih SDN 2 Sarongan dan lulus dengan peringkat pertama dari kuota formasi yang ditentukan. Dia ingin mengabdikan dirinya untuk pendidikan anak di daerah terpencil. Sebelumnya, dia tercatat sebagai guru honorer di SDN 1 Kandangan kurang lebih selama sembilan tahun.

Pertama kali menginjakkan kaki di tempat tugasnya yang baru, dia mengaku prihatin melihat kondisi sekolah waktu itu. Plafon banyak yang jebol; kamar mandi tidak ada; listrik tidak ada; jaringan internet tidak ada; juga, akses untuk mendapatkan air bersih sangat sulit.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Lokasi sekolah berada di tengah perkampungan Sukamade, berdiri di atas tanah seluas 32.902 m2. Ada dua bangunan utama, yaitu bangunan SDN 2 Sarongan dan SMPN 3 Pesanggaran. Orang sering menyebutnya SMP Satu Atap. Bangunan SD sendiri terdiri dari enam ruang kelas dan satu ruang guru. Juga ada dua rumah dinas di dekat gedung sekolah.

Ditambah lagi, para peserta didiknya begitu suka membolos. Apalagi kalau musim panen sengon atau kacang, hampir semua siswa tidak masuk sekolah karena ikut bekerja. Pernah suatu hari ada seorang wali murid datang ke sekolah dan meminta anaknya pulang untuk cari rumput. Setelah lulus SD pun mereka enggan melanjutkan sekolah, bahkan ada yang langsung menikah.

Baca juga: Menjadi Ibu untuk Anak-anak dan Lingkungan

Ada juga kendala geografis yang menambah kesulitan anak-anak di sana menuju sekolah. Murid-murid yang berasal dari kampung Sumbersuko harus melewati tiga sungai besar untuk sampai ke sekolah.

pendidikan anak sukamade 2
Murid-murid SDN 2 Sarongan dari kampung Sumbersuko harus menyeberangi sungai untuk menuju sekolah.

"Saya menangis pertama kalinya. Mau dibawa ke mana nasib anak-anak ini?” kata Azizah.

Namun, Azizah tidak bisa hanya menyalahkan keadaan. Setiap orang punya permasalahannya sendiri-sendiri. Para peserta didiknya memang banyak yang tidak beruntung. Jarak rumah mereka ke sekolah sangat jauh. Sebagian mereka tinggal di gubuk-gubuk di tegalan karena mengikuti orang tua berladang (ndarung). Sementara sebagai guru, Azizah dan teman-temannya sesama pengajar merasa bertanggung jawab untuk menyukseskan pendidikan anak di tempat tugasnya, bagaimana pun keadaannya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Dengan itu semua, Azizah semakin terpanggil untuk bersungguh-sungguh menjalankan profesinya. Ia datang ke rumah murid-muridnya; bertemu dengan mereka dan orang tuanya untuk berbicara dari hati ke hati.

Ia bersama rekan guru yang lain mencoba mengubah nasib pendidikan anak-anak pedalaman tersebut. "Saya percaya ketika seorang guru bekerja dengan niat baik, Tuhan pasti melihat semua ketulusan kita. Maka, akan diperlancar semua usaha kita," ujarnya.

Berkat upayanya yang sungguh-sungguh, sejak akhir 2019, dia mulai melihat perubahan pada anak-anak didiknya. Mereka semakin rajin masuk sekolah. Mereka mulai berani bermimpi. Mimpi yang besar. Mereka tetap membantu orang tuanya, tapi di luar jam sekolah.

Baca juga: Bertekad untuk Tidak Merepotkan Orang Lain, Lasemi Terus Bekerja

Jumlah seluruh siswa SDN 2 Sarongan saat ini sebanyak 105 orang. Azizah sendiri mengajar 12 siswa kelas 6. Pengalaman mengajar di SD sebelumnya membuatnya mengetahui betapa banyak hal yang harus ditingkatkan. Ibu satu anak ini juga menyadari bahwa semua itu tidak bisa dilakukannya sendiri.

Oleh karena itu, Azizah berharap ada perhatian lebih dari pemerintah terhadap permasalahan pendidikan anak di Sukamade. Menurutnya, setiap warga memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak, di mana pun dia berada. “Mereka juga berhak menggapai mimpi-mimpinya,” ujarnya. (gil)