Pancer – Gempa yang terjadi pada Rabu (24/7) sempat menghebohkan warga Pancer dan Pulau Merah, Desa Sumberagung, Pesanggaran, Banyuwangi. Sebagian besar warga pantai selatan itu berbondong-bondong kala mendengar suara sirine.
Rupanya trauma mendalam akibat tsunami tahun 1994 silam masih melekat kuat dalam benak warga. Warga takut hal itu terjadi lagi di wilayahnya.
Namun, ada orang-orang yang tetap gigih bertahan di tengah terpaan isu tsunami yang beredar luas di masyarakat. Jamilatun, pedagang ikan di pantai itu tampak santai dengan ikan dagangannya. Ibu enam anak ini mengaku sudah biasa dengan kejadian seperti ini.
“Ya nggak (pindah), Mas. Rejekinya sudah di sini. Jadi meski ada isu tsunami, saya tidak ikut ngungsi,” ungkapnya.

Keputusan Jamilatun ini bukan tanpa alasan. Sejak pindah dari Jember tahun 1992, Jamilatun istiqomah berjualan ikan di pantai ini. Pantai nelayan yang pernah rata oleh tsunami itu merupakan sumber penghasilannya selama ini. Sama seperti rekan-rekan pedagang dan nelayan lainnya, yang banyak pendatang dari Jember dan Muncar.
“Dulu kami pindah ke sini belum ramai. Sekarang sudah padat penduduk,” pungkasnya.
Sebagai pantai penghasil ikan terbesar kedua, setelah Muncar, di Banyuwangi, Pancer adalah salah satu andalan masyarakat Sumberagung, Pesanggaran. Hasil ikan yang tak pernah surut menjadi nilai lebih yang sayang untuk ditinggalkan.
Jamilatun mengungkap bahwa meski musim pasang, hasil ikan di Pancer tetap ada. “Ikan di sini tak pernah habis, Mas. Tak peduli musim apa. Kalau pas musim pasang begini, ikan yang paling banyak adalah jenis ikan sarden. Biasanya ikan tongkol juga melimpah,” kata ibu 52 tahun ini kepada Sedulur menutup perbincangan. (ang)