Sabtu, 29 Nov 2025
MENU

Pewaris Pecel Pincuk Legendaris Jajag

Sedulur, Gambiran - Di tengah hiruk pikuk pagi yang basah di kawasan Jajag, Gambiran, Banyuwangi, terlihat beberapa orang mengerumuni sebuah lapak nasi pecel. 

Lapak itu berada di seberang jalan depan Hotel Baru Indah Jajag, menempel di sebuah ruko yang masih tutup. Penampakannya sederhana, hanya sebuah meja kayu dan beberapa kursi plastik di sekitarnya. 

Kerumunan itu adalah tempat Mbak Win berjualan nasi pecel pincuk. Di tengah kerumunan itu, ia tampak meracik sepincuk demi sepincuk nasi pecel dengan cekatan.

Lapak nasi pecel Mbak Win buka setiap hari dari pukul 06.00 pagi hingga 09.00 siang. Meskipun singkat, ia mampu menghabiskan sedikitnya 5 kilogram nasi putih, 3 kilogram telur goreng, dan 2 kresek merah rempeyek.


Baca Lainnya :

Pecel pincuk Mbak Win memang sangat digemari. Pelanggannya menyebutkan rasa sebagai alasan sering membelinya.

"Rasanya itu beda. Sambalnya mantap, berani, tapi tidak neko-neko. Apalagi peyek-nya gurihnya itu pas sekali. Susah mencari pecel seperti ini di tempat lain," tutur Susi, salah satu pelanggan setia yang mengaku setiap pagi hampir tak pernah absen membeli pecel Mbak Win, Jumat, 21 November 2025.

Menurut Mbak Win, resep pecel yang ia sajikan berasal dari ibunya yang ia peroleh selama membantu berjualan. Ibunya adalah penjual pecel legendaris yang terkenal dengan nama Mbok Pecel. Mbok Pecel kini sudah tidak berjualan lagi karena merasa sudah uzur.

Perjalanan Mbak Win dan ibunya penuh dinamika. Mereka mulai berjualan pada 1983, sempat berpindah-pindah lokasi jualan di sekitar kawasan Jajag sebelum akhirnya menetap di spot yang kini menjadi langganan para pecinta pecel, di depan Hotel Baru Indah itu.

Setelah Mbok Pecel tidak berjualan, Mbak Win meneruskan perjalanan sang ibu berjualan nasi pecel. Bukan hanya rasa yang ia pertahankan hingga kini, cara pengolahan dan peralatan pun tetap ia jaga. 

Wanita 44 tahun itu mengaku tetap menggunakan lesung untuk menghaluskan kacang bumbu pecel. Seperti Mbok Pecel dulu, ia juga tetap menggunakan rinjing (bakul anyaman bambu) untuk menyimpan nasi, lauk, dan kondimen pecelnya.

Bisa dibilang, ia adalah pewaris resep keluarga Mbok Pecel meskipun bukan satu-satunya. Pewaris lain Mbok Pecel adalah Mbak Mud. Kakak Mbak Win ini berjualan pada waktu yang sama, di Jalan Jenderal Ahmad Yani Jajag, utara RS Ar-Rohmah.

Awalnya, wanita 48 tahun ini berjualan persis di depan terminal Jajag. Ia kemudian pindah ke Jalan Ahmad Yani karena alasan yang tidak disebutkan. Meskipun lokasinya berpindah, para pelanggannya tetap setia. Setiap hari lapaknya selalu ramai pembeli. 

Sama seperti adiknya, Mbak Mud juga tetap mempertahankan cara pengolahan ala ibunya, Mbok Pecel. Dia meyakini metode lama ini mampu mempertahankan aroma asli dan tekstur bumbu pecel.

Meskipun Mbak Win dan Mbak Mud sama-sama berjualan di wilayah Jajag, mereka tidak saling mematikan. Mereka sama-sama merawat warisan resep Mbok Pecel dan menemukan pelanggannya masing-masing. Harganya pun sangat terjangkau.

Sepincuk nasi pecel dengan lauk rempeyek, tempe goreng, dan dadar jagung dihargai Rp10.000. Pembeli cukup menambah Rp2.000 untuk lauk tambahan telur dadar. (sdl)