Sabtu, 27 Jul 2024
MENU
Waisak 2024

Cara SMP PGRI Pesanggaran Peringati Hardiknas: Beri Penghargaan hingga Doa Bersama

Wakil Kepala SMP PGRI 3 Pesanggaran Kurniawan Prasetyo Hadi (berjas) menyematkan lencana kepada para siswa, Kamis, 2 Mei 2024.

Sedulur, Pesanggaran - Untuk memperingati dan menyemarakkan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), SMP PGRI 3 Pesanggaran melakukan upacara penyematan lencana untuk siswa dan guru berprestasi dan doa bersama, Kamis, 2 Mei 2024. 

Hari Pendidikan Nasional merupakan salah satu hari penting bagi bangsa Indonesia. Hardiknas diperingati setiap tanggal 2 Mei. Tanggal tersebut merupakan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.


Menurut keterangan Kepala SMP PGRI 3 Pesanggaran Suwarso, S.H.,S.Pd.,M.H. mengatakan bahwa kegiatan upacara tersebut bertujuan untuk mengapresiasi para siswa yang berpotensi di bidang akademik maupun nonakademik.


Baca Lainnya :


Bagi para guru, lencana tersebut sebagai wujud penghargaan atas dedikasi dan pengabdiannya terhadap dunia pendidikan.


"Di Hardiknas tahun ini kami memberikan lencana apresiasi kepada 20 peserta didik dan 10 guru," ucap Suwarso.


Dalam hal ini, Suwarso juga mengatakan bahwa para guru dan peserta didik yang mendapatkan lencana apresiasi bisa menjadi contoh yang baik di masyarakat maupun lingkungan sekolah.


Setelah upacara, peringatan Hardiknas berlanjut dengan pembacaan tahlil dan doa bersama seluruh peserta didik dan guru.


"Untuk tahlil dan doa bersama ini kami tujukan khusus kepada Ki Hajar Dewantara serta para pahlawan-pahlawan bangsa yang berkecimpung atau memperjuangkan pendidikan di Indonesia," ujarnya.


Sejarah Hari Pendidikan Nasional tak lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara. Ia merupakan tokoh pejuang pendidikan sekaligus Bapak Pendidikan Nasional. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959.


Ki Hadjar sendiri lahir di Pura Paku Alam, Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.


Sepanjang hidupnya, ia dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda, khususnya di bidang pendidikan. (gil)