Kamis, 21 Nov 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Ganti Profesi, Pantang Menyerah Gegara Wabah

Ganti profesi atau pekerjaan itu adalah sesuatu yang lumrah. Namun, tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah karena berbagai alasan.

Kata orang, kerja adalah tindakan manusia yang paling dasar. Di masa kini, dengan bekerja manusia bisa mengekspresikan dirinya dan beroleh rupiah.

Wabah virus Corona Covid-19 yang melanda dunia, tak pelak lagi berdampak terhadap pekerjaan dan ekonomi masyarakat pada umumnya. Mereka harus kehilangan pekerjaan atau menutup usahanya.

Bagi yang beruntung, mereka bisa ganti profesi atau pekerjaan untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini dialami oleh Badrul Munir (34 tahun), warga Dusun Silirbaru, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.


Baca Lainnya :

Sebelum Covid-19 mewabah, Munir berprofesi sebagai pemain organ tunggal. Undangan manggung untuknya cukup padat. Rupiah pun ia dapat. "Bisa lebih 12 kali manggung setiap bulannya," katanya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Sebelum bersolo karir, ayah satu anak ini adalah pentolan dari grup orkes dangdut Arsiba Musik. Grup musik ini ia rintis pada 2005. Arsiba Musik-lah yang melambungkan namanya di belantika musik Banyuwangi.

Membarengi wabah Corona, nasib nahas menimpanya. Munir harus menggagalkan puluhan jadwal manggung karena tidak mendapat izin dari pihak terkait. "Saya harus mengembalikan uang tanda jadi. Padahal sebagian uang itu juga sudah saya gunakan untuk DP [down payment--uang muka] artis," tuturnya.

Munir memang pantang tumbang. Bisnis hiburan sedang sepi, menurutnya, tapi semangat tidak boleh mati. Di mana ada usaha di situ ada jalan, pikirnya.

Untuk menyiasati kondisi keuangan keluarganya, dia memutuskan untuk bertani, ganti profesi. Pengalaman ketika masih ikut orang tuanya yang juga seorang petani, ternyata bermanfaat juga.

Berbekal sisa tabungan yang pas-pasan, Munir menyewa tanah seperempat hektare milik tentangganya. Dia menanam melon di sawah tersebut.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Tidak tanggung-tanggung, suami dari Yaroh ini juga tidak sungkan untuk belajar lebih banyak. Dia berguru kepada kakak iparnya yang sudah menggeluti bidang pertanian selama 10 tahun terakhir.  

“Alhamdulillah, pada panen yang pertama mendapatkan hasil bersih Rp 5 juta," ucapnya. Menurut Munir, menjual melon saat panen tidaklah susah. Di daerahnya, banyak pemborong buah yang siap membeli.

Saat ini, Munir sedang menunggu panen melonnya yang kedua. Umurnya sudah 40 hari. Buah melon, lanjut Munir, mulai bisa dipanen umur 60 hari.

Meskipun Munir sudah ganti profesi menjadi petani, jiwa seninya masih belum hilang. Dia masih berharap suatu hari bisa manggung lagi. "Semoga wabah ini segera berlalu," ujarnya.

Jika nantinya sudah diizinkan, Munir siap manggung lagi untuk menghibur masyarakat. Tertarik? Silakan menghubungi Munir di nomor 0822 4422 2364. (ala)