Sedulur, Pesanggaran - Hari itu, Sabtu, 24 Agustus 2024. Ketika panas terik menyengat, ratusan orang dari berbagai kelompok masyarakat, lembaga, dan institusi berjalan pelan di jalan raya Pesanggaran, Banyuwangi.
Mereka mengenakan pakaian adat nusantara yang berwarna-warni. "Ini menandai kemajemukan atau keberagaman budaya yang menjadi satu kesatuan di Republik Indonesia ini," kata salah satu regu peserta melalui pengeras suara yang mereka bawa mengiringi rombongan.
Iring-iringan pawai budaya ini kemudian mengitari wilayah Pesanggaran sejauh 3,5 kilometer, dari lapangan Sumbermulyo kembali ke lapangan tersebut.
Pasukan pengibar bendera (paskibra) yang telah mengemban tugas pada Upacara Kemerdekaan RI di Pesanggaran, 17 Agustus lalu, berada di barisan pertama. Menyusul di belakangnya peserta kehormatan dari Forpimka Plus Kecamatan Pesanggaran, antara lain Camat Pesanggaran, Kapolsek, Danramil, Danposal AU Rajekwesi, dan Komandan Puslatpurmar 7 Lampon.
Baca Lainnya :
Seperti tidak mau ketinggalan kemeriahan suasana hari itu, korps Marinir Lampon juga turut serta. Mereka berjalan tegap dengan menenteng senapan serbu. Tampak dalam rombongan Marinir tersebut, pasukan elit Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) dan pasukan senapan runduk.
Rombongan selanjutnya adalah para perangkat pemerintah Kecamatan Pesanggaran yang menjadi satu barisan dengan peserta dari pemerintahan desa: Sumbermulyo, Sumberagung, Kandangan, dan Sarongan.
Pemerintahan Desa Pesanggaran absen dalam pawai budaya ini sebab telah menyelenggarakan karnaval lebih dulu di tingkat desa. Meskipun demikian, banyak warga Desa Pesanggaran yang berpartisipasi.
"Semua perangkat desa, BPD, dan LKD kami minta agar turut serta menyemarakkan pawai budaya ini," kata Kepala Desa Sumberagung Vivin Agustin.
Tidak ketinggalan penampilan apik Marching Band Gema Samudra dari SMP Negeri 2 Pesanggaran. Mereka terus memainkan lagu-lagu nasional dan daerah di sepanjang rute pawai.
Ajang pawai budaya ini mendapat sambutan hangat masyarakat Pesanggaran dan sekitarnya. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya masyarakat yang memadati tepian jalan sepanjang rute.
Keadaan ini tentu menjadi kesempatan emas para pedagang untuk meraih keuntungan. Di sepanjang rute, banyak tenda-tenda untuk berjualan. Sebagian pedagang yang lain memilih berkeliling menawarkan dagangannya langsung kepada penonton pawai. (bay)