Jumat, 22 Nov 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Pengalaman Rudi Berniaga Makanan Timur Tengah

PENGALAMAN adalah guru yang terbaik. Ungkapan ini memang cocok untuk menggambarkan perjalanan hidup Rudi Hartono, penjual makanan khas Timur Tengah di kampung Besaran, Sarongan, Pesanggaran, Banyuwangi. Rudi pun membagi pengalaman bisnisnya kepada Sedulur.

Rudi pernah menjadi tenaga kerja indonesia (TKI) di Arab Saudi selama 13 tahun. Wajar saja pria berusia 42 tahun ini begitu akrab dengan makanan khas Timur Tengah. Bahkan, untuk beberapa jenis makanan, dia mengaku sempat mempelajari cara membuatnya.

Baca juga: Ikhtiar Peternak Bebek Beroleh Faedah

Sampai suatu hari, Rudi merasa perjalanan dan pengalaman hidupnya di Arab sudah cukup. Hidup sepanjang hayat di negeri orang bukanlah keinginannya. Dia ingin berkarya di negeri sendiri. Dia pun memutuskan pulang ke tanah air.


Baca Lainnya :

pengalaman rudi
Rudi sedang melayani pembeli.

Namun, setelah beberapa lama tinggal di negeri sendiri, tepatnya di Sarongan, kegelisahan mulai menghinggapinya. Dia yang telah terbiasa menerima gaji bulanan selama bertahun-tahun merasa kesulitan mendapati kenyataan susahnya bekerja di daerah sendiri.

Di tengah kegelisahannya itu, dia teringat pengalamannya di Arab. Tentang makanan-makanannya yang lezat. Tentang dirinya yang pernah belajar membuat sebagiannya. Dia pun menetapkan hati memanfaatkan pengalamannya itu menjadi modal usaha.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Bermodal keyakinan dan pengalaman tersebut, Rudi pun mencoba membuat salah satu makanan kesukaannya: roti maryam. Ternyata, membuka usaha baru tidaklah semudah membalikkan tangan. Bisa membuat saja tidaklah cukup. Butuh keterampilan lain, yaitu pemasaran.

Beruntung sekali Rudi sudah mengenal Facebook waktu itu. Dia pun mengunggah makanan buatannya ke aplikasi media sosial tersebut. Di luar dugaannya, unggahannya mendapat atensi luar biasa dari warganet. Pesanan terus berdatangan dari Sarongan dan Kandangan. Bahkan terus meluas sampai ke wetan gunung, seperti Pesanggaran, Sumbermulyo, dan Sumberagung. 

Apabila ada pesanan, dia sendiri yang mengantarkannya. "Saya memulai berjualan makanan Timur Tengah ini sudah selama lima tahun," katanya.

Baca juga: Berwisata Sambil Berobat di Danau Dampit

Melihat usahanya berkembang, Rudi Hartono pun membuat sebuah kedai bernama Al-Mira. Dia juga menambah variasi makanan yang dia jual, seperti pizza, parotta, kebab, burger dan lain-lain. Lagi-lagi pengalaman membimbingnya. "[nama kedai] Saya ambil dari nama anak saya," katanya.

Sejak dia membuka kedainya, parotta menjadi favorit para pelanggannya. Untuk parotta, dia bisa menghabiskan tiga kilogram daging ayam per hari. "Untuk saat ini saya bisa menjual 100 porsi lebih dengan harga jual 10.000 rupiah," ujarnya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Kedai Al-Mira beralamatkan di kampung Besaran. Tempatnya agak tersembunyi. Dari arah pasar Sarongan lurus ke barat sampai vihara. Setelah vihara, ada pertigaan belok ke kanan masuk gang sejauh 500 meter. 

Al-Mira merupakan satu-satunya kedai yang menjual makanan khas Timur Tengah di Sarongan. Pelanggannya berasal dari berbagai kalangan. "Saya hampir setiap hari ke sini karena parotta buatan Mas Rudi ini memang pas kalau di mulut orang Sarongan," kata Imroni salah seorang pelanggan. (gil)