SIANG itu matahari bersinar terang. Sinarnya sudah terasa terik meskipun masih pukul sembilan. Di dalam rumah, Komsatun, 65 tahun, sedang sibuk membuat bakal kerupuk gambir, kerupuk gurih berbentuk dadu atau kubus.
Tiga sak tepung tertata rapi di pojok ruangan. Di sebelahnya, berbagai macam bumbu dan rempah-rempah ditaruh di atas sebuah meja.Â
Baca juga: Ikan Cupang, Hiburan yang Menguntungkan
Komsatun meracik bumbu dan rempah-rempah tersebut. Satu sak tepung dia tuang ke dalam ember. Pun bumbu yang ia racik. Setelah menambahkan air, dia mulai mengaduk tepung dan bumbu itu sampai benar-benar tercampur. Kemudian, adonan itu ia tuang ke dalam cetakan berupa loyang berbentuk persegi.

Sebuah wajan besar berisi air sudah siap di atas tungku yang membara. Ketika air mendidih, dengan sigap Komsatun meletakkan loyang-loyang berisi adonan pada sebuah rak khusus. Rak itu berada di atas wajan. Sedangkan bagian atasnya ditutup dengan drum. Sesekali dia kibaskan tangannya untuk menghalau asap yang menyerbu mukanya.
Sambil menunggu bakal kerupuknya mengenyal, wanita bercucu empat itu kembali ke tempat adonan berada dan mengisi loyang-loyang lainnya. Beberapa saat kemudian, ketika adonan sudah mengenyal, ia angkat loyang-loyang tersebut dan meniriskannya sebentar.Â
Lanjut ke halaman berikutnya…