Sabtu, 27 Jul 2024
MENU
Waisak 2024

Idul Fitri, Silaturahmi, dan Ketupat


Selepas pelaksanaan salat Idul Fitri, kampung Rajegwesi terlihat ramai. Penduduk keluar rumah untuk silaturahmi ke rumah-rumah tetangganya. Saat bertemu, mereka saling maaf-memaafkan. Mereka bergerak secara berkelompok. 


PERAYAAN Hari Raya Idul Fitri sangat identik dengan silaturahmi dan saling memaafkan antara sesama muslim. Saat Idul Fitri, suasana begitu cair dan penuh keakraban.

Budaya tersebut adalah sebuah kearifan lokal masyarakat muslim Indonesia yang masih bertahan dari tahun ke tahun. Seperti halnya yang terlihat di kampung Rajegwesi, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi pada perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah

Baca juga: Suasana Akrab di Buka Puasa Perangkat Desa Sumberagung

Selepas pelaksanaan salat Idul Fitri, kampung Rajegwesi terlihat ramai. Penduduk keluar rumah untuk silaturahmi ke rumah-rumah tetangganya. Saat bertemu, mereka saling maaf-memaafkan. Mereka bergerak secara berkelompok. 


Baca Lainnya :

idul fitri silaturahmi 1
Ketupat

Kelompok-kelompok ini umumnya terdiri atas sebuah keluarga beserta seluruh anggotanya. Ada juga anak-anak sebaya yang membentuk kelompok sendiri. Biasanya, sebelum silaturahmi ke rumah tetangga, sanak keluarga ataupun yang lainnya, mereka terlebih dahulu sungkem kepada orang tua bagi yang masih mempunyai orang tua. 

Menurut H. Romlie Alamsyah, sesepuh kampung Rajegwesi, agama Islam tidak mengatur budaya perayaan Idul Fitri seperti di atas. Agama hanya mengajarkan umatnya untuk saling memaafkan dan pelaksanaannya tidak harus pada hari khusus seperti hari raya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Meskipun demikian, budaya ini telah melekat kuat di masyarakat Rajegwesi dan menjadi momen istimewa bagi mereka. "Meskipun jauh, orang akan memaksakan diri untuk pulang kampung," ujar H. Romlie.

Secara luas, hari raya identik dengan istilah Lebaran yang mempunyai makna mengakui atau menyudahi semua salah. Ada juga yang mengartikan lebur kelepatan (menghapus semua kesalahan). 

Baca juga: Mengenal Tradisi Punggahan Jelang Ramadan

Sedangkan menurut H. Romlie, Lebaran adalah perayaan kemenangan umat Islam karena telah melakukan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Selain berpuasa, umat Islam juga memanfaatkan bulan Ramadan untuk memperbanyak ibadah dan mengharapkan pahala berlipat dari Allah SWT. 

Selain silaturahmi, Hari Raya Idul Fitri juga sangat lekat dengan makanan bernama ketupat. Ketupat adalah salah satu makanan khas yang selalu ada saat Lebaran tiba. 

Ketupat adalah makanan yang menyerupai lontong yang dibungkus dengan daun kelapa muda (janur). Untuk menikmatinya, makanan ini biasanya disandingkan dengan sayur santan, opor daging sapi atau ayam, dan juga masakan ayam pedas atau bakso. 

Lanjut ke halaman berikutnya...

H. Romlie juga mengatakan bahwa ketupat juga memiliki arti filosofi yang sangat mendalam. "Anyaman yang rumit dan saling tumpang tindih mencerminkan perjalanan hidup yang sering kali diselingi oleh kesulitan dan masalah. Dan hal yang wajar jika kita sering melakukan kesalahan. Sedangkan tali anyaman yang tidak putus menggambarkan pentingnya tali silaturahmi," ujarnya.

Ketupat atau kupat dalam istilah setempatmerupakan kependekan dari ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Sedangkan laku papat artinya empat tindakan, yaitu Lebaran (sudah usai), Leburan (sudah habis dan lebur), Luberan (meluber atau melimpah), dan Laburan (labur atau kapur untuk pemutih). (gil