Menurut Alex, dia membuat mangkuk dari kayu mengikuti saran temannya dari Rogojampi. Saat berkunjung ke Sarongan, teman Alex melihat limbah kayu menumpuk di dekat sebuah mebel yang tidak jauh dari rumah Alex.
PAGI itu cuaca sedang cerah. Tiga pemuda sedang mengais limbah kayu di sebuah mebel di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Mereka mengumpulkan potongan-potongan kayu yang teronggok begitu saja.
Potongan-potongan kayu berukuran minimal 30 sentimeter mereka ambil. Kalau ada yang lebih besar, keberuntungan untuk mereka. Mereka memasukkan limbah kayu tersebut ke dalam karung.
Cukup banyak limbah kayu yang mereka peroleh hari itu. Dengan mengesampingkan letih, mereka usung limbah ke rumah Alex Prasetyo, salah seorang pemuda.
Baca juga: Batik Kinnara-Kinnari, Buah Karya Warga Sumberagung
Baca Lainnya :
Di rumahnya, Alex memilah kayu-kayu limbah kemudian memotongnya membentuk persegi. Dua orang temannya, Saprudin dan Prasetio, masih membantu. Mereka menyerut potongan-potongan kayu sampai rata.
Lalu, Alex menggambar pola berbentuk kotak dan lonjong di atas kayu-kayu tersebut. Sudut-sudutnya melengkung. Ukurannya 20 sentimeter dan 30 sentimeter.
Setelah selesai menggambar pola, Alex dan dua temannya mengeruk papan kayu dengan sebuah alat menyerupai gerinda. Mereka membuat cekungan mengikuti gambar pola.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Alex dan dua temannya melakukan hal tersebut setiap hari. Dengan cara itu, mereka bisa menghasilkan mangkuk kayu yang bagus dan bernilai jual.
Dia menjual mangkuk-mangkuk buatannya kepada seorang pengepul yang tinggal di daerah Licin, Banyuwangi dengan harga 2.000-3.000 rupiah per mangkok. Tergantung ukurannya.
Menurut Alex, pengepul itu mengekspor mangkuk-mangkuk tersebut ke Cina dan Jepang. "Saya hanya memanfaatkan kayu yang sudah dibuang oleh mebel di sebelah rumah saya," kata Alex.
Baca juga: Hobi Pelihara Ikan Untung pun Didapatkan
Untuk membuat sebuah mangkuk tidak membutuhkan waktu yang lama. Buktinya, Alex dan teman-temannya mampu membuat 700 mangkuk sehari bahkan hingga 1.000 mangkuk sehari.
"Tergantung ketersediaan bahan," ujarnya. "Sedikit tidak apa-apa. Toh bahan pokok saya hanya dari limbah mebel."
Menurut Alex, dia membuat mangkuk dari kayu mengikuti saran temannya dari Rogojampi. Saat berkunjung ke Sarongan, teman Alex melihat limbah kayu menumpuk di dekat sebuah mebel yang tidak jauh dari rumah Alex.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Kemudian, dia mengajari Alex cara membuat mangkuk dari kayu. Setelah bisa, Alex mengajak Saprudin dan Prasetio bergabung mendirikan usaha baru.
"Ya daripada hanya dibuang dan dijadikan kayu bakar, kan sayang sekali," Alex beralasan.
Meskipun usahanya kini sudah berjalan, Alex masih memendam suatu keinginan. Dia ingin membuat gelang dan pernak-pernik untuk oleh-oleh para wisatawan.
"Saya melihat peluang dari pariwisata yang mulai ramai, seperti Muara Mbaduk. Sayangnya, wisatawan yang datang ke sini tidak membawa oleh-oleh ataupun buah tangan," pungkasnya. (gil)