Jumat, 18 Okt 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Pengelola Tambang Tujuh Bukit Pastikan Beroperasi dengan Aman dan Selamat


Sedulur, Pesanggaran - Untuk memastikan keamanan dan keselamatan kerja, pengelola tambang Tujuh Bukit Operations PT Bumi Suksesindo (BSI/Perusahaan) di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi meneguhkan komitmennya untuk selalu menjalankan pertambangan dengan standar keselamatan yang tinggi kepada semua karyawan dan perusahaan rekanan.

Hal ini tergambar dari pernyataan General Manager of Operations (GMO) PT Bumi Suksesindo Roelly Fransza yang mengatakan, sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip pertambangan yang baik, PT BSI selalu menekankan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah penopang utama keberlangsungan pertambangan. Sebagaimana diketahui, dunia pertambangan merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat risiko.

“Itulah mengapa semua risiko harus kita kelola dengan sebaik-baiknya untuk menghindari kecelakaan tambang. Apabila K3 bisa berjalan dengan baik, pekerja pun bisa beraktivitas dengan nyaman dan aman, investasi bisa memberi manfaat yang lebih besar bagi negara dan masyarakat,” kata Roelly saat menyampaikan pengarahan kepada anggotanya, Selasa, 24 Juli 2023.

Baca juga: Upaya Kerja Aman Tim Survei Geologi Salakan


Baca Lainnya :

Sebagai informasi, perihal K3 pertambangan diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara. Secara teknis, hal tersebut juga terdapat dalam Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 185/37/04/DJB/2019 tentang Keselamatan Pertambangan dan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara.

“Kita telah berkomitmen untuk menaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, kita harus menjadikan K3 sebagai kebiasaan sehari-hari para pekerja, sebagai budaya yang tidak lagi menjadi beban kepatuhan apalagi sekadar menggugurkan kewajiban,” kata Roelly lagi.

Untuk mewujudkan budaya K3 di lingkungan Tujuh Bukit Operations, PT BSI melalui Departemen Occupational Health and Safety (OHS) telah membuat sebuah sistem yang harus diikuti oleh seluruh pekerja. Menurut OHS Superintendent Yan Probo Hanggoro, sistem tersebut meliputi berbagai perangkat yang harus dilengkapi dan dilakukan oleh karyawan pada saat akan, sedang, dan setelah melakukan pekerjaan.

Baca juga: Ratusan Pelajar di Pesanggaran Ikuti Seleksi Paskibra Tingkat Kecamatan

“Identifikasi dan pengendalian bahaya dilakukan sejak dini dan sedetail mungkin. Sebuah pekerjaan bisa dilakukan setelah memperoleh izin kerja (permit to work) dari penanggung jawab area kerja dan Departemen OHS PT Bumi Suksesindo,” katanya.

Lalu, setiap pekerja harus menyempatkan diri untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadi serta menentukan pengendaliannya. Dengan begitu, pekerja diharapkan senantiasa mawas diri selama bekerja dan mengindahkan keselamatan diri, peralatan, dan lingkungannya.

“Setiap pekerja bertanggung jawab untuk menilai bahaya ini sebelum memulai aktivitas kerja tertentu. Kami menamai program tersebut Takon Pitu,” tutur Yan Probo.

Selain Takon Pitu, pekerjaan tersebut juga harus dilengkapi dengan dokumen Job Safety and Environment Analysis (JSEA). Dokumen JSEA berisi langkah-langkah kerja yang dilengkapi dengan identifikasi dan pengendalian bahaya secara terperinci. Dari sini terlihat betapa persiapan kerja sudah berlapis-lapis demi memastikan pekerjaan bisa terlaksanan dengan aman.

Baca juga: Rumah Tahan Gempa Retrofitting di Sumberagung Dapat Apresiasi dari PMI Pusat

Pengendalian bahaya tidak berhenti sampai di situ saja. Pada saat pekerjaan berlangsung, seorang pekerja masih bisa menghentikan sementara suatu pekerjaan yang ditemukan dapat menyebabkan kecelakaan lalu melaporkannya kepada pengawas.

Mekanisme penghentian sementara pekerjaan ini disebut TAHAN (Tidak Aman Hentikan Laporkan Amankan) dan dapat dilakukan saat karyawan merasa tidak aman sebelum bekerja atau saat melihat orang lain bekerja dalam kondisi tidak aman. Apabila bahaya tersebut tidak bisa langsung ditangani, pekerja harus membuat Hazard Identification and Reporting menggunakan formulir laporan bahaya.

“Selain menghentikan pekerjaan, kita juga punya beberapa mekanisme pengawasan untuk memastikan pekerjaan tersebut berjalan dengan aman, pekerja selamat, alat dan lingkungan terjaga,” Yan Probo menambahkan penjelasannya.

Departemen OHS juga membuat mekanisme OK-KAN atau Observasi Kerja Aman, yaitu suatu pengamatan kegiatan kerja atau tugas secara formal untuk menegaskan standar pelaksanaan program kerja berjalan dengan aman (safety). Melalui OK-KAN, setiap pekerja bisa berpartisipasi untuk mengenali dan memperbaiki segala praktik serta perilaku kerja yang tidak memenuhi standar.

Baca juga: Survei Geologi di Salakan dan Sekitarnya Libatkan Warga Sekitar Jadi Tim Pendamping

Kunci untuk mewujudkan budaya safety, menurut Yan Probo, setiap orang ikut terlibat dan berkontribusi secara aktif. Oleh karena itu, OHS juga membuat kegiatan Senior Management Safety Inspections (SMSI), yaitu inspeksi terencana yang dilaksanakan oleh superintendent dan manajer senior secara rutin (mingguan) di area yang telah ditentukan.

Selain itu, juga ada Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) yang berisi rangkaian metode dan aktivitas terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengontrol risiko yang dapat berdampak terhadap kemampuan untuk mencapai tujuan.

Meskipun telah melakukan berbagai langkah antisipasi bahaya, PT BSI selalu meningkatkan kinerja keselamatan di setiap aspek operasinya sehingga kerap melakukan berbagai inisiatif agar budaya K3 dapat diterapkan secara maksimal di Tujuh Bukit Operations.

Baca juga: Tekad Polsek Pesanggaran Melayani Masyarakat dengan Maksimal

Sebagai contoh, PT BSI membuat program yang fokus pada verifikasi pengendalian untuk kegiatan dengan risiko kritis bernama Critical Risk Management (CRM). Di dalamnya terdapat beberapa data yang harus diverifikasi untuk membantu kontrol di lapangan sehingga apa saja yang sudah dimiliki dan kekurangannya bisa diketahui. Program yang dirilis pada Juli 2022 ini berbasis aplikasi yang bisa diunduh di desktop dan perangkat seluler.

“Aplikasi ini dibuat dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang fatal atau lost time injury,” kata Yan Probo. Yan Probo menambahkan, berkat upaya yang bersungguh-sungguh dari semua pihak di Tujuh Bukit Operations, PT BSI berhasil mencapai 20 juta jam kerja tanpa LTI pada 7 Juli 2023. Capaian ini tentu sangat membanggakan sekaligus menjadi bukti komitmen kuat dan standar tinggi Perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pekerjanya. (sdl)