JIKA kita akan ke Desa Kandangan dan Sarongan, dari arah Pesanggaran, kita pasti melewati hutan karet milik PTPN XII di perkebunan Sungailembu. Di tengah perkebunan karet ini, kira-berjarak kira 50 meter dari jalan utama, terdapat dua buah balai: besar dan kecil.
Balai yang besar berukuran 20 meter persegi, sedangkan yang kecil berukuran sembilan meter persegi. Ada setumpuk batako di sebelah balai besar. Terlihat tempat ini habis direnovasi. Warga setempat meyakini bahwa tempat ini merupakan petilasan dari seorang tokoh masa lalu, Mbah Datuk Ibrahim Bauzir.
Baca juga: Jejak Tentara Jepang di Poncomoyo
“Itu adalah tempat singgahnya Mbah Datuk Ibrahim saat menyebarkan agama Islam di daerah barat dan tempat untuk semedi mencari ketenangan. Kalau tahunnya kulo mboten ngertos (saya tidak tahu) karena masyarakat di area sini pun juga tidak ada yang tahu,” kata Mbah Mad Sukri, salah satu sesepuh Sungailembu.

Gerimis belum reda siang itu. Aura mistis mulai terasa ketika mulai memasuki jalan setapak. Ribuan pohon karet mengelilingi area petilasan. Saat mendekati petilasan, bau harum kemenyan dan dupa segera menyeruak menusuk hidung. Suasana sepi dan lembap.
Di balai yang berukuran kecil, ada dua peninggalan, yaitu punden/makam dan batu yang berbentuk seperti lesung. Masyarakat sekitar menyebutnya watu lesung. “Punden/makam tersebut dulu tempat duduk Mbah Datuk untuk bersemedi dan lesung digunakan untuk menumbuk makanan,” ujar lelaki berusia 68 tahun tersebut.
Lanjut ke halaman berikutnya…