Minggu, 22 Des 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Siswa PSHT Pesanggaran Ikuti Latber sebelum Dilantik Menjadi Warga

Sedulur, Pesanggaran - Ratusan siswa anggota Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Ranting Pesanggaran mengikuti latihan bersama (latber) di lapangan Putuan Ringinsari, Desa/Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Minggu, 14 Mei 2023.

Langit sedang cerah ketika para siswa memasuki lapangan. Mereka tampak gagah dengan baju kebesaran warna hitam masing-masing. Mereka terlihat siap mengikuti latber pada hari itu.

"Latihan bersama ini adalah untuk menyamakan gerakan," kata salah seorang pelatih asal Sub Rayon Mbah Solewo, Slamet Riyanto.

Kegiatan ini diikuti oleh 267 siswa. Para peserta berasal dari berbagai tempat pelatihan yang tersebar di wilayah Kecamatan Pesanggaran dan Siliragung.


Baca Lainnya :

Dalam latihan ini, para siswa dituntut mampu menyamakan gerakan materi senam, jurus, toya, cripen (kuncian), dan belati. Para peserta tampak antusias mengikutinya sebab tidak lama lagi mereka akan disahkan menjadi warga PSHT dengan predikat sebagai pendekar tingkat satu.

Menurut Slamet Riyanto, semua tahapan proses dalam pelatihan di SH Terate bertujuan untuk membentuk manusia berbudi pekerti luhur serta tahu benar dan salah.

"Sepiro gedene sengsoro yen tinompo amung dadi cubo," kata Riyan mengutip kata mutiara Jawa yang artinya "sebesar apapun kesengsaraan atau kesusahan yang kita hadapi kalau kita terima dengan iklhas dan lapang dada, semuanya itu hanyalah sekadar cobaan semata untuk kita".

Semua itu dilalui agar "memayu hayuning bawono" yang artinya secara harfiah “membuat dunia menjadi indah atau ayu”. Falsafah ini mengandung maksud bahwa semua upaya pembangunan dilakukan dengan ramah lingkungan. Pembangunan tentunya memperhatikan pencagaran (conservation) aset kebudayaan.

Memayu hayuning bawono merupakan salah satu falsafah Jawa yang dapat  dipakai  sebagai  dasar  dalam  melangkah dalam  kaitannya  dengan masalah  sosial, budaya,  ekonomi,  pendidikan, maupun  dalam  masalah  lingkungan  hidup. Di dalamnya tersirat adanya komitmen yang sangat kuat untuk menjaga, memelihara, atau menyelamatkan.

Latihan bersama siswa SH Terate dilaksanakan dalam tiga tahapan. Selanjutnya masuk ke tahapan pendadaran yang kemudian dilanjutkan ke tahapan persiapan menjadi warga PSHT. Sampai di sini para siswa belum bisa disebut sebagai warga PSHT sebelum mereka melewati ritual pengeceran oleh warga tingkat dua.

Sebelum disahkan menjadi warga PSHT, seorang siswa dilarang menggunakan atribut organisasi, apalagi menggunakan sakral anggota perguruan silat yang sudah berusia satu abad itu.

"Siswanya saja dilarang, apalagi yang bukan. Tentu ini tidak boleh sembarangan," katanya.

Kegiatan ini berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir. Para peserta menutup kegiatan dengan tradisi jabat tangan antara siswa dengan warga sebagai wujud persaudaraan. (bay)