SINAR matahari pagi baru saja merekah, menerobos rumah-rumah warga di Griya Asri Pesanggaran. Seorang lelaki sedang menyiapkan perlengkapan kerjanya: motor, gerobak, sepatu bot, dan sarung tangan. Secangkir kopi buatan istrinya masih tersisa separuh, dia sengaja menyisakannya dan akan meminumnya selepas kerja hari itu. Setelah semua siap, dia pun berangkat untuk mengambil dan mengangkut sampah di area perumahan dan sekitarnya, Senin, 12 Oktober 2020.
Teddi Djumhadi, 35 tahun, sudah empat tahun menjalani pekerjaannya sebagai petugas kebersihan. Pria kelahiran Lebak Banten ini meninggalkan kampung halamannya sejak tahun 2010 untuk menjadi petugas satuan pengamanan (Satpam) di sebuah perusahaan pertambangan di Tumpang Pitu yang saat itu dikelola oleh PT Indo Multi Niaga.
Baca juga: Nasywa Hasyim Merintis Prestasi
Statusnya sebagai karyawan tetap berubah menjadi karyawan kontrak ketika terjadi peralihan kepemilikan pengelola proyek di Tumpang Pitu dari Indo Multi Niaga kepada PT Bumi Suksesindo. Sejak saat itu, ia dan teman-temannya menjadi Satpam Bumi Suksesindo di bawah naungan PT Demitra Karsa Perdana (DKP)—perusahaan pemenang tender penyedia jasa pengamanan di site Tumpang Pitu periode 2012-2016.

Tahun 2016, Teddi harus menerima nasib buruk. Dia terpaksa kehilangan pekerjaannya karena DKP kalah tender dan upayanya bergabung dengan perusahaan pengamanan baru pun gagal. Hasil pemeriksaan kesehatannya tidak memenuhi syarat.
Nasib yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Padahal, dia baru saja menikahi Triyetti Widyaningsih, seorang wanita yang pernah bekerja di kantor yang sama dengannya. Naasnya, di waktu yang hampir bersamaan, Yetti juga kehilangan pekerjaannya.
Lanjut ke halaman berikutnya…