Siliragung - Siapa sangka jika, sebuah sekolah yang dulu sering disebut untuk murid buangan atau anak-anak nakal, kini telah menorehkan berbagai prestasi. Sekolah ini adalah SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, yang sekarang kondang dengan nama SMK Models.
Lokasi sekolah menengah kejuruan ini sangat strategis, di pinggir jalan raya, sangat dekat dengan keramaian. Dulunya, di sekolah ini hanya ada jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Sekarang, siswa bisa memilih jurusan berdasarkan bakat dan minat mereka masing-masing.
SMK Models Siliragung memberi penekanan kepada siswanya untuk terus menciptakan karya yang bermanfaat bagi lingkungannya. Salah satu karya yang menarik adalah alat ukur tinggi badan otomatis. Karya ini diciptakan oleh kelompok Kelas XII Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), yang mampu mengalihkan fungsi alat ukur tinggi badan yang sebelumnya manual menjadi digital. Sederhana memang, tapi semangat mereka mewujudkan sebuah ide adalah awal mula yang menjanjikan.
Purwarupa alat ukur tinggi badan ini telah diuji coba bersama Puskesmas Siliragung pada Oktober 2019 lalu ketika melakukan pemeriksaan warga. Meskipun demikian, sehari-hari pemakaian alat ini masih terbatas di lingkungan sekolah. “Masih harus dilakukan uji coba untuk tahu seberapa lama alat bisa bertahan,” ujar Kepala SMK Models Siliragung, Muklas Efendi, S.T. Ia berharap suatu saat sekolahnya dapat memproduksi alat ini secara massal.
Baca Lainnya :
Alat ukur tinggi badan otomatis karya SMK Models terbuat dari pipa yang disambung-sambungkan. Melihat hasilnya sementara ini, para guru, khususnya guru program pendidikan Teknik Informatika, semakin bersemangat untuk terus menyempurnakannya bersama murid-murid Kelas XII TKJ.
“Saya bersama tim, karena memang basic-nya jurusan informatika, ingin menerapkan ilmu yang kami pelajari, salah satunya di bidang inovasi teknologi untuk masyarakat sekitar,” kata M. Fahmi Alfaris, salah satu murid yang terlibat dalam proyek tersebut. Mulanya, Fahmi dan kawan-kawannya berpikir mengenai inovasi yang portabel serta bisa digunakan pada semua kalangan. Setelah melalui beberapa diskusi, baik dengan guru maupun anggota tim, muncul ide membuat alat ukur tinggi badan otomatis.
“Awalnya banyak sekali ide, seperti tempat sampah otomatis, pintu otomatis, alat absensi otomatis. Lantas, sebagai bentuk dukungan kami dalam program pencegahan penyakit stunting, kami memutuskan untuk membuat alat ukur tinggi badan yang bisa digunakan di Pusat Pelayanan Kesehatan,” kata Fahmi.
Menurut Fahmi, bagian paling sulit dari pembuatan alat adalah saat harus memotong dan merakit kaca akrilik untuk bokspengontrol mikro. Sensor yang digunakan adalah sensor jarak dan sensor ultrasonik. Pemrograman dan mikrokontrolernya dibuat menjadi satu dalam boks kecil sehingga alat ringkas. Sensor alat ini akan mendeteksi jika menggunakan pembatas tinggi warna putih. Tidak ada keharusan tinggi minimal agar alat bisa dipakai, karena sensor akan mendeteksi dari tanah sampai atas. Alat ukur tinggi badan ini juga bisa dilipat sehingga memudahkan jika hendak dibawa-bawa ataupun dipindahkan.
Zahrotul Janah, S.Kom, guru pendidikan Teknik Informatika, menegaskan bahwa alat tersebut murni buatan dari siswa, peran guru hanya sebagai fasilitator. Hal tersebut untuk melatih siswa agar lebih kreatif dan mandiri. “Berdasar kurikulum, siswa SMK memang harus menciptakan produk kreatif kewirausahaan, jadi harus ada minimal 1 produk per kelas,” kata Zahrotul.
Hebatnya, alat ukur tinggi badan digital ini lebih akurat dan praktis dari pada alat ukur tinggi badan yang manual karena sensornya benar-benar telah teruji keakuratannya. Harapan para siswa, alat buatan mereka suatu saat bisa berfungsi seluruhnya secara otomatis tanpa operator manusia. “Kami akan menamainya dengan sebutan ARPETI, atauArduino Pengukur Tinggi,” ujar Fahmi. (tiw)