DENGAN membawa sebuah lampu senter dan botol bekas air mineral berukuran besar, Joko Slamet, 29 tahun, melangkah menyibak malam yang belum begitu pekat. Lelaki warga Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi ini akan mencari belalang di kebun-kebun di pinggiran hutan jati yang tidak jauh dari rumahnya.
Saat ini, di Banyuwangi bagian selatan, termasuk wilayah Pesanggaran, memang sedang musim belalang seperti yang dicari Joko. Masyarakat setempat mengenal serangga ini dengan nama walang [belalang] kayu. Dan tanaman jati merupakan salah satu tumbuhan inangnya.
Baca juga: Geliat Peternak Kambing di Desa Sumberagung
Belalang kayu adalah serangga pemakan dedaunan. Saat masih muda, mereka hidup di hutan jati. Ketika tumbuh dewasa, mereka akan menyebar hingga ke kebun-kebun warga dan memakan dedaunan tanaman yang ada di kebun tersebut. Dalam keadaan seperti ini, mereka berubah menjadi hama tanaman yang merugikan.
Baca Lainnya :
Ciri utama herbivora ini adalah berwarna coklat bisa kekuningan atau kehijauan. Keseluruhan tubuhnya--yang terdiri dari kepala, dada, dan perut--seukuran jempol tangan orang dewasa.
Saat musim seperti sekarang, banyak warga Pancer dan sekitarnya yang pergi untuk menangkap serangga ini. Bagi para pemburu ini, musim belalang merupakan berkah tersendiri. "Rasanya gurih dan mudah mencarinya," kata Joko kalem.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Joko biasanya berangkat sekitar pukul tujuh selepas magrib. Dia memilih waktu malam karena belalang tidak banyak bergerak. Terlebih setelah turun hujan. "Kalau malam tinggal ngincup [menangkap] saja," katanya.
Setelah satu sampai dua jam, dia akan pulang dengan membawa ratusan belalang di dalam botol bekas minuman. Sesampainya di rumah, dia akan mengolahnya untuk camilan atau lauk.
Baca juga: Pengalaman Rudi Berniaga Makanan Timur Tengah
Selain para pemburu belalang seperti Joko yang mencari belalang untuk dimakan sendiri, pada musim belalang seperti ini banyak pedagang belalang dadakan di Pulau Merah dan sekitarnya.
Dewi Kristiani, warga Pulau Merah, adalah salah satu orang yang biasa menjual belalang kayu secara daring (online). Dia menjualnya dengan tiga pilihan: masih mentah belum dibersihkan, masih mentah sudah dibersihkan, dan yang sudah digoreng.
Harganya pun bervariasi. Untuk yang mentah, Dewi menjualnya dengan harga Rp12.000 per 100 ekor. Untuk yang masih mentah dan sudah dibersihkan, dia menjualnya Rp15.000 per 100 ekor. Sedangkan untuk belalang goreng, dia menjual dengan harga Rp20.000 per 100 ekor.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Dengan ramainya peminat, Dewi mengaku bisa menjual hingga dua ribu ekor belalang setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, ibu satu anak ini sampai harus memesan belalang dari Sumberjambe, Bangorejo. "Kita tinggal menelepon, mereka akan mengantar belalangnya," katanya. (ala)