Pantai Pulau Merah adalah salah satu destinasi wisata yang terkenal di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Selain menyajikan pemandangan alam yang indah, di pantai Pulau Merah juga terdapat banyak warung makan yang menyajikan menu ikan bakar yang bisa memanjakan lidah pengunjung.
Salah satu warung yang cukup legendaris adalah warung ikan bakar Mbah Lurah. Sungguh beruntung Sedulur berkesempatan mengunjunginya dan mengulik cerita tentang warung yang berdiri sejak tahun 2002 ini.
Senyampang di Mbah Lurah, Sedulur memanfaatkannya untuk mencicipi menu andalannya: ikan bakar. Sambil menunggu pesanan, Sedulur berkesempatan untuk mengobrol dengan pemilik sekaligus pendiri warung, H. Sulton Sukari Abdul Aziz.
Prakarsa untuk mendirikan warung di Pulau Merah ini dia dapatkan dari rapat bersama Pj. Bupati Banyuwangi, Asmui, pada tahun 2002. Sukari masih menjabat Kepala Desa Sumberagung saat itu. “Pak Asmui menginstruksikan para kepala desa untuk menggali potensi wilayah masing-masing,” kata Sukari.
Baca Lainnya :
Pada saat itu, Pulau Merah belum resmi menjadi tempat wisata. Namun, keindahannya sudah tampak, meskipun masih banyak belukar di tepian pantai. Dan tidak jauh dari Pulau Merah, tepatnya di Pantai Pancer, merupakan penghasil ikan yang cukup besar di Banyuwangi.
Lanjut ke halaman berikutnya...
“Saat mendirikan warung di tepian hutan, jaraknya kurang lebih 100 meter dari tepian pantai dan belukar yang belum dibersihkan. Orang-orang menganggap saya orang gila dan aneh,” tutur Sukari mengenang masa-masa perjuangannya dulu.
Nama Mbah Lurah diambil dari panggilan Sukari di kalangan teman-temannya. Dia menjadi kepala desa tertua di Kabupaten Banyuwangi, sehingga dipanggil Mbah. Karena panggilan tersebut cukup populer, dia menjadikannya nama warung yang baru dibukanya.
Pada awal pengenalan warungnya, Sukari mengundang kepala desa se-Kecamatan Pesanggaran dan keluarganya. Saat itu, Kecamatan Pesanggaran dan Siliragung masih manjadi satu. Ada sepuluh kepala desa beserta keluarganya. “Berawal dari itu, kabar tentang berdirinya warung ini mulai menyebar dari mulut ke mulut,” ujar Sukari.
Ada satu peristiwa unik yang akan selalu diingat oleh Sukari. Suatu hari, Sukari mencari ikan, tetapi tidak ada—di Pulau Merah kosong, di Pancer juga kosong. Dia pun menutup warungnya. Sebagai gantinya, dia berjalan-jalan di tepi pantai Pulau Merah. “Alhamdulliah saya menemukan ikan terjepit di bebatuan. Saya mengambilnya dan membuka warung kembali,” katanya.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Kini, warung ikan bakar Mbah Lurah semakin terkenal. Meskipun semakin banyak pesaing, Mbah Lurah tetap bertahan. Menu andalannya adalah ikan bakar. Yang terpenting, harganya sangat terjangkau: Rp 90 ribu per kilogram—cukup untuk 4-5 orang.
Selain itu, Mbah Lurah juga menawarkan menu lain, seperti cumi asam manis, kepiting asam manis, udang asam manis, dan lain-lain. Mbah Lurah juga melayani pesanan katering. Untuk pemesanan bisa menghubungi nomor 081233657317. (ala)