
MESKIPUN beberapa komoditas perdagangan mengalami perlambatan menyusul pandemi, beternak bebek masih cukup menguntungkan. Ini yang dirasakan peternak asal daerah Gunungan, Krajan, Sarongan, Banyuwangi, Ahmad Jaelani dan istrinya, Kurnia Sari.
Bahkan, Jaelani atau yang akrab dipanggil Pak Jay mengaku kewalahan melayani permintaan pelanggan. Agar memperoleh telur pesanannya, para pelanggannya rela menaruh uangnya terlebih dahulu sebagai tanda jadi.
Baca juga: Berwisata sambil Berobat di Danau Dampit
Pasangan ini sudah cukup lama menekuni usahanya. Lima tahun lalu, Pak Jay membeli 24 ekor bebek dari temannya. Dalam waktu setahun, dia berhasil mengembangkan bebeknya menjadi 276 ekor.
Baca Lainnya :

Belakangan, dia mengurangi jumlah bebek petelurnya karena lebih berkonsentrasi pada penetasan. Saat ini, Pak Jay hanya memiliki 100 ekor bebek petelur produktif.
Lelaki yang juga pernah beternak sapi ini menyebutkan bahwa beternak bebek lebih mudah. Selain itu, keuntungannya juga lebih banyak. Dia membandingkan satu ekor anak sapi atau pedet dibeli dengan harga Rp7,5 juta. Setelah dirawat selama sebelas bulan, harga jualnya hanya Rp12-13 juta. “[Jika memelihara bebek] Kita tidak perlu susah mencari rumput,” ujarnya.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Sementara itu, dari jumlah bebek yang dimilikinya saat ini, Pak Jay mampu mengumpulkan 22-25 kerat atau tray telur setiap minggu. Setiap kerat berisi 30 butir. Telur ini dia jual dengan harga Rp65 ribu per kerat. Jadi, dia bisa memperoleh uang sebesar Rp1,5 juta lebih dalam seminggu.
Penghasilan tersebut belum termasuk biaya pakan, vitamin, obat, dan biaya lainnya. Menurutnya, ternaknya membutuhkan biaya sebesar Rp350-400 ribu dalam sebulan.
Baca juga: Membuat Pot Bunga dari Sabut Kelapa
Bagi yang ingin membuat telur asin, mereka harus mengetahui jenis-jenis telur. Telur bebek ada beberapa macam, antara lain Alabio Mojosari, Camel, dan Peking. “Kalau yang Peking ini kulitnya tipis. Kurang cocok untuk telur asin,” ujar Pak jay.
Bisnis telur asin ini sebenarnya cukup menjanjikan. Namun, dia mengatakan bahwa saat ini pasarnya sedang lesu.
Selain telur, Pak Jay juga mengembangkan ke sektor pembibitan. Pembibitan inilah yang menjadi bisnis paling menjanjikan dari usahanya.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Dia mengawali usahanya dengan membeli mesin penetas berkapasitas 100 butir. Ternyata, anakan bebeknya laku keras di pasaran. Ia pun menambah kapasitas mesin tetasnya hingga 500 butir.
Ia menjual itik kecilnya ke berbagai tempat dan peternak bebek di seluruh Banyuwangi hingga ke Bali. Harga per ekor anak bebek Rp13.000.
Baca juga: Produksi Kerupuk Gambir di Titik Nadir
Jaelani memberi makan bebeknya dengan dedak. Yang menjadi kendala, dia sering kesulitan memperolehnya. Dia biasa membelinya di penggilingan padi seharga Rp3.000 per kilogram. Itu pun harus memesan terlebih dahulu.
Keberhasilan beternak bebek oleh Jaelani dan istrinya membuat tetangga turut melirik dan ikut mengembangkannya. Saat ini di kampungnya sudah ada lima peternak dari bimbingannya. (gil)