Sedulur, Sumberagung – Puluhan jamaah Musala Mutaalimin memperbaiki halaman musala yang rusak sejak beberapa bulan lalu, Jumat, 30 Oktober 2020. Meskipun malam hari ditambah suasana hujan, mereka terlihat bersemangat.
“Paving halaman musala rusak. Jamaah bersepakat untuk mengecornya,” kata Katirin, putra tunggal Kiai Paiman, pendiri Musala Mutaalimin yang terletak di Dusun Silirbaru, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran ini.
Baca juga: Warga Silirbaru Mengecor Jalan di Lingkungannya
Sore itu, hujan deras mengguyur wilayah Silirbaru dan sekitarnya. Karena saluran air tidak mampu menampung debit air, air pun meluap ke jalan raya, di depan musala. Namun, tak berapa lama air pun surut. Sesaat kemudian, tampak puluhan warga jamaah Mutaalimin mulai datang ke musala untuk roan atau gotong royong.
Baca Lainnya :
Baik remaja maupun orang tua tampak bahu-membahu untuk memperbaiki halaman musala yang sudah berumur ini. Kegiatan dilakukan di malam hari karena, di siang hari, anggota jamaah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Riuh suasana, sesekali diselingi canda dan tawa, lelah karena kerja seharian seperti tidak dirasa. Mereka mengaduk semen, menuangkan ke tanah, lalu meratakannya. Belum lama pekerjaan berlangsung, hujan kembali mengguyur. Mereka pun berhenti dan menunggu hujan reda.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Setelah cuaca membaik, mereka memulai kembali. Mesin pengaduk semen kembali menderu. Terpal pun dipasang untuk menghindarkan hamparan cor yang masih basah dari hujan. Tidak semua sibuk dengan adonan semen dan pasir. Sebagian dari mereka berdiri di jalan untuk mengatur lalu lintas.
Dana pembangunan ini menggunakan uang kas musala yang dikumpulkan saat pengajian Yasin dan Tahlil dari rumah ke rumah. Selain itu, menurut Supandi, takmir musala, pihak musala juga mendapatkan bantuan berupa semen sebanyak dua ton dari perusahaan tambang emas di Tumpang Pitu, PT Bumi Suksesindo.
Baca juga: Warga Bangun Jembatan Darurat di Sungailembu
Sementara itu, kiai sekaligus ketua jamaah, Paeno, berterima kasih kepada Bumi Suksesindo karena telah memberi batuan semen. “Bantuan sangat bermanfaat dan sesuai dengan yang kita butuhkan. Semoga menjadi jariyah,” ucap Paeno.
Musala Mutaalimin berdiri pada 1885 di lahan milik Mbah Paiman yang kemudian diwakafkan untuk umum. Dalam mendirikan musala ini, Mbah Paiman dibantu oleh Mbah Jayus sebagai kiai. Mereka berdua dikenal masyarakat sebagai sosok yang cukup memahami pengetahuan Islam.
Mbah Jayus kemudian pergi ke Sulawesi mengikuti program transmigrasi dan digantikan oleh Kiai Tohir. Sebelum Kiai Tohir meninggal dunia, dia menunjuk salah seorang anggota jamaah, Paeno, menjadi kiai sekaligus ketua jamaah Mutaalimin hingga saat ini. (bay)