MENURUT cerita yang beredar, Masjid Ringinagung, Baitur Rahman, di Desa Pesanggaran, merupakan salah satu masjid tertua di Pesanggaran dan dulunya hanya sebuah musala kecil.
Berbekal informasi tersebut, Kamis, 24 September 2020, Sedulur mencoba mencari kebenarannya dan mendatangi masjid tersebut. Saat tiba di lokasi, masjid Ringinagung tampak sepi. Maklum, saat itu pukul 10 siang, belum ada aktivitas di masjid.
Baca juga: Asal-usul Nama Rajegwesi
Sedulur kemudian mendatangi rumah takmir masjid. Ndilalah, rumah ketua dan sekretaris kosong. Menurut tetangga yang muncul dari balik pintu rumahnya, kalau siang mereka bekerja. Harapan terakhir, Sedulur mendatangi rumah bendahara Muhamad Munir, dan memang mujur, dia baru pulang kerja.

Mengetahui ada yang mencarinya, Munir mempersilakan Sedulur masuk. Setelah membersihkan diri, dia segera menyusul Sedulur yang menunggu di ruang tamu. Sesaat kemudian, dua cangkir kopi pun ikut menyusul. Setelah menikmati seteguk dua teguk kopi, Munir pun mulai bercerita.
Menurut Munir, waktu itu banyak pendatang dari Blitar, Solo, Ponorogo, dan Bandung, mereka rata-rata beragama Islam, dan menetap di Ringinagung. Tersebutlah Kiai Shodiq asal Blitar, orang yang pertama kali menggagas pendirian musala. “Ternyata, warga menerima ide tersebut dan bermusyawarah untuk merealisaikannya,’’ kata Munir sambil sesekali membuka sebuah buku catatan.
Lanjut ke halaman berikutnya…