TAMAN Nasional Meru Betiri tidak hanya menyimpan kekayaan hayati yang beragam. Hutan ini juga menyimpan banyak tempat bersejarah. Salah satunya Gua Jepang.
Gua Jepang berjarak 3,5 kilometer dari pintu gerbang Meru Betiri. Pengunjung dapat mendatanginya dengan berjalan kaki melalui jalanan berbatu. Di sekitar pos jaga taman, ada tempat parkir kendaraan bagi pengunjung.
Baca juga: Tertukarnya Nama Gumuk Kancil dengan Gumuk Mantri
Letak gua yang dibangun pada 1942 ini cukup tersembunyi. Rerimbun pepohonan hutan menutupinya. Sebelum sampai di gua induk, ada cekungan menyerupai parit sepanjang dua meter. Semak belukar tumbuh di sisi kanan-kiri parit. Tidak jauh dari situ, pohon-pohon tinggi menjulang. Tidak ada angin. Lengang. Sesekali terdengar jerit suara kera. Kadang kijang.
Baca Lainnya :
Ketika memasuki gua, hawa dingin dan lembab segera menyergap. Sinar matahari tidak mampu menembus hingga ke dalam gua. Ukuran ruangan cukup besar. Bisa menampung 5-6 orang.
Di beberapa sudut gua ada lorong-lorong ventilasi udara. Cukup mengurangi hawa pengap ruangan. Bagian lantai gua berupa tanah yang telah mengeras sebesar kepalan-kepalan tangan manusia dewasa.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Secara keseluruhan, di gua ini ada empat lubang untuk masuk ruangan. Menurut pengelola wisata Beni Sunarno, lorong kedua dan ketiga sebagai lorong jebakan. Sekaligus sebagai tempat pertahanan Jepang. Selain itu, terdapat beberapa gundukan tanah yang merupakan tempat istirahat atau tempat tidur para tentara Jepang.
Setelah melewati persimpangan demi persimpangan, tibalah di mulut gua yang berukuran lebih besar sekitar tiga meter. "Lorong ini dahulu berfungsi untuk tempat keluar masuknya tentara Jepang," kata Beni.
Bagian lain dari gua ini, menurut Beni, adalah dua buah bungker yang berfungsi untuk tempat meriam dan tempat pengintaian. Posisinya langsung menghadap ke laut. Selain itu, sebuah gua induk berukuran kurang lebih enam meter dengan dua pintu masuk masing-masing berukuran tiga meter.
Baca juga: Sepenggal Cerita Tsunami Pancer
"Di dalam gua itu ada 18 bungker untuk dijadikan tempat tawanan perang," ujarnya.
Melongok ke bagian atas gua, beberapa pohon berumur ratusan tahun tumbuh dengan kokoh. Akarnya merayap turun ke bawah hingga menembus kerasnya batu cadas di luar dinding gua.
Menirukan cerita dari kakeknya, Beni mengatakan bahwa orang Sarongan banyak yang menjadi korban sejak pertama kali gua ini dibangun. Jepang mempekerjakan orang tanpa memikirkan kesehatannya. Banyak rakyat Indonesia mati di dalam gua Jepang ini.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Tidak hanya tewasnya ratusan romusha dengan mengenaskan dalam proses pembangunan, gua ini juga diyakini menjadi tempat terbunuhnya ratusan prajurit Jepang yang dibantai sekutu akhir 1945. "Gua ini dimaksudkan menjadi benteng pertahanan militer Jepang," tutur Beni.
Kini, Gua Jepang berubah menjadi salah satu tempat wisata. Banyak pengunjung yang mendatanginya, baik warga sekitar maupun wisatawan dari luar kota. Meskipun demikian, gua ini sama sekali tidak pernah direnovasi.
Uniknya, meskipun banyak cerita mengenai suara-suara misterius hingga penampakan hantu yang menakutkan, tak jarang pula orang pergi ke gua ini untuk tirakat. "Bahkan hingga berbulan-bulan," ujar Beni. (gil)