Fauzan memberi makan ikan lele di kolam biofloknya.
BUDI daya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk meraup cuan. Salah satu metode yang saat ini banyak dipraktikkan oleh para pembudi daya adalah metode bioflok.
Bioflok adalah salah satu teknologi budi daya ikan melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan memanfaatkan mikroorganisme. Cara ini secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
Metode bioflok diawali dengan pembuatan kolam yang berbentuk bundar: tinggi 1 meter dan diameter 2 meter. Kerangkanya terbuat dari besi dan dilapisi terpal serta ada paralon untuk aliran pembuangan air.
Baca Lainnya :
Baca juga: Pemuda Kandangan Produksi Pupuk Organik
Isi air cukup sampai 80 persen volume kolam. Jika terjadi hujan dan air memenuhi kolam bioflok, airnya akan mengalir melalui pipa yang telah dibuat.
Perusahaan tambang PT Bumi Suksesindo (BSI), melalui program pemberdayaan ekonominya, juga mengembangkan metode bioflok ini di masyarakat. Salah satu kelompok yang menjadi binaan perusahaan adalah "Selat Wangi", kelompok budi daya ikan (Pokdakan) yang berada di wilayah Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
Anggota Selat Wangi terdiri atas 12 orang warga Sumbermulyo. Setiap anggota memiliki kolam bioflok untuk budi daya ikan lele. Salah satunya adalah Ahmad Fauzan, 22 tahun.
Baca juga: Mencicipi Rujak Soto di Muara Mbaduk
Sudah dua tahun Fauzan memulai bisnis ini. Meskipun sudah memiliki usaha baru, dia tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang petani. Lumayan untuk menambah penghasilan, pikirnya waktu itu.
Salah satu alasan Fauzan tertarik dengan metode bioflok karena modal yang dibutuhkan relatif kecil, tidak memerlukan lahan yang luas dan hemat air. "Memang lebih praktis dan ekonomis, budi daya ikan lele menggunakan kolam bioflok ini," katanya.
Menurut pengamatannya, budi daya ikan lele dengan kolam biasa butuh modal besar. Alasannya, pembudi daya harus membuat kolam terlebih dahulu serta menyiapkan lahan yang cukup luas. Belum tentu juga, katanya, keuntungannya bisa menutup modal awal.
Baca juga: Limbah Kayu Jadi Lahan Karya
Saat ini, di pekarangan rumah Fauzan terdapat delapan kolam bioflok miliknya. Satu kolam mampu menampung 4.000 bibit ikan lele dengan ukuran 6-7 sentimeter.
Satu bulan setelah penebaran bibit, ikan lele kemudian dipisah sesuai dengan ukurannya. Dalam masa ini, makanan dan kondisi air harus terjaga. Fauzan memberi makan ikan-ikannya dengan konsentrat. Sementara itu, untuk menjaga kualitas air, ia menguras kolam-kolamnya satu minggu sekali.
Setelah dua bulan sepuluh hari sejak penebaran benih, ikan lele siap dipanen. Cara memanennya pun bertahap, kata Fauzan. Ikan yang diambil pertama adalah yang ukurannya besar saja.
Baca juga: Batik Kinnara-Kinnari, Buah Karya Warga Sumberagung
Dalam satu siklus panen atau per tiga bulan sekali, Fauzan bisa mendapatkan keuntungan bersih dua juta rupiah dengan menebar 1.000 bibit senilai 100 ribu rupiah.
Meskipun terlihat mudah, memelihara lele bukan tanpa kendala. Ketika musim hujan, ikan lele akan rentan terkena penyakit. "Bahkan bisa sampai mati," katanya.
Cara menanggulanginya cukup sederhana, yaitu dengan sering-sering mengganti air dan tidak memberi makan selama maksimal 24 jam. Cara ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stres ikan.
Ikan lele juga harus dibiarkan terkena sinar matahari untuk perkembangan. "Karena bisa memengaruhi nafsu makan lele," kata Fauzan beralasan. (nad)