Sedulur, Sarongan - Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Sarongan mencari akses jalur evakuasi bencana dan titik daerah rawan longsor, Minggu, 20 Desember 2020. Relawan pemuda Besaran dan Taman Nasional Meru Betiri turut serta dalam kegiatan ini.
Menurut Ketua FPRB, Agus Salim Afandi, kegiatan ini bertujuan untuk mengantisipasi prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang siklus 400 tahun, yaitu tsunami megathrust.
Baca juga: MAD Bahas Pengembangan Kawasan Perdesaan Sukamade
"Bila kita sudah mempunyai jalur evakuasi, kita sudah siap segalanya kalau memang terjadi bencana tersebut," ujarnya.
Baca Lainnya :
Sebelum memulai ekspedisi, pukul delapan pagi, semua personil yang terlibat berkumpul di lapangan voli kampung Besaran. Di sini, mereka membagi personil menjadi dua tim.
Tim pertama beranggotakan sepuluh orang. Mereka bertugas membuat jalur evakuasi dan penyaluran logistik. Tim ini harus memilih dan menemukan jalur yang paling mudah dan cepat.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Dengan berbekal HT, GPS, dan senjata tajam, kedua tim ekspedisi bergerak menjalankan misinya. Regu jalur evakuasi mencari akses yang bisa menghubungkan Rajegwesi dan Sarongan.
Pembukaan jalur ini bertujuan agar penyaluran logistik dari Sarongan bisa berjalan lancar. Titik pertama berada di kampung Bayuran. Kemudian naik ke atas dan memasuki hutan sejauh satu kilometer sebelum memasuki Rajegwesi. Tim ini menandai setiap jalur yang mereka lalui dengan GPS track.
Baca juga: Pagelaran Jaranan di Area Petilasan Mbah Romo Sucipto
Sementara itu, 13 personil lainnya bertugas menitik retakan tanah yang berpotensi longsor. Tim kedua ini memfokuskan ekspedisinya di daerah Sarongan.
Mereka memulai perjalanan dari daerah Pak Dampit. Dari sini, tim terus berjalan ke arah Bayuran. Setiap menemui titik rentan, mereka menandainya dengan GPS. "Datanya kita laporkan ke BPBD," kata Agus.
Kemudian, pukul sebelas siang, semua personil dari kedua tim berkumpul di daerah dam Pak Dampit untuk makan siang. Sembari makan siang, mereka mengevaluasi hasil ekspedisi.
Lanjut ke halaman berikutnya...
"Kita semua yang tergabung dalam tim relawan agar siap dan terus siaga dalam menghadapi bencana," kata Agus menambahkan.
Dengan selesainya evaluasi, selesai pula ekspedisi mitigasi dan penanggulangan kebencanaan ini. Sebelum bubar, para relawan ini memanjatkan doa agar bencana tidak pernah terjadi di wilayah mereka. (gil)