Kamis, 21 Nov 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Membagi Waktu untuk Pekerjaan, Sekolah, dan Keluarga

RINTIK hujan membasahi Jalan Bhayangkara Siliragung ketika seorang remaja perempuan mendorong sebuah gerobak seorang diri, di depan sebuah toko, sekitar 50 meter di timur patung pahlawan. Sebuah tulisan cukup jelas terbaca di sisi gerobak: ”TOP BURGER”. Ya, dia adalah gadis yang menjual burger.

Sesaat kemudian, ia memarkir gerobaknya. Tangannya segera meraih batu bata di sekitar tempatnya berhenti untuk mengganjal roda gerobak. Setelah memastikan gerobak terparkir dengan kokoh, dia melanjutkan aktivitasnya menyiapkan pemanggang, talenan, dan lain-lain.

Baca juga: Titik Balik Teddi, Bekerja dengan Hati

Setelah semua siap, Veronika, nama gadis itu, duduk di atas kursi plastik menunggu pelanggan datang membeli burgernya. Di tengah dia menunggu, suara azan magrib berkumandang. Setelah menitipkan dagangannya kepada penjual ayam goreng di sebelahnya, gadis berusia 18 tahun itu pun bergegas menuju musala yang tak jauh dari tempatnya berjualan.


Baca Lainnya :

membagi waktu 1
Veronika sedang melayani pembeli burger.

Tidak seperti kebanyakan remaja yang bisa fokus dengan tugas-tugas sekolah atau bermain besama teman-teman sebaya, remaja yang satu ini, di samping bersekolah, ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Dia mangkal di tempat itu mulai pukul empat sore hingga pukul sembilan malam, membagi waktu untuk keluarga dan sekolahnya.

Siswa SMK Muhammadiyah Siliragung ini sudah enam bulan melakoni pekerjaan tersebut. “Ibu sedang sakit sehingga saya harus meringankan beban untuk biaya sekolah dan membantu kebutuhan sehari-hari,” katanya dengan nada datar.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Akibat penyakit gagal ginjal yang dideritanya sejak tiga tahun lalu, ibu Veronika yang bernama Kartini, 58 tahun, harus cuci darah seminggu dua kali. Dalam kondisi serba sulit, dia masih merasa beruntung karena ibunya menjadi peserta BPJS.

Meskipun demikian, dia menjual burger bukan karena terpaksa. Dia menyadari sesulit apa pun masalah yang dihadapinya, kehidupan harus berlanjut. Selalu ada jalan terbentang apabila ada usaha.

Baca juga: Nasywa Hasyim Merintis Prestasi

Bisnis burger ini bukan miliknya sendiri. Dia bekerja untuk Angga Indrayana, warga asal Kediri yang membuka cabang usaha di beberapa tempat di wilayah Banyuwangi selatan. Ia menerima gaji Rp600 ribu setiap bulan. Itu pun kalau dia berjualan setiap hari.

Meskipun pendapatannya tidak seberapa, gadis manis ini tetap bersyukur. Ada hal lebih berharga yang membuat Vika, panggilan akrab Veronika, senang menjalaninya. Dari sini, dia mengaku bisa membuat burger sekaligus belajar menjalankan usaha. Hal yang menurutnya bakal bermanfaat untuk masa depannya.

Sejak berjualan, waktu Vika bersama teman-temannya semakin berkurang. Di usianya yang masih sangat belia, dia tidak bisa bermain bersama teman-teman sebayanya dengan bebas. Dia harus benar-benar berhitung dengan waktu. Dia harus belajar hidup mandiri, merawat ibunya, dan—mungkin—meninggalkan dunia remaja.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Ditambah lagi, ayahnya telah meninggal dunia. Di rumahnya di Dusun Krajan RT 05, RW 01, Desa Siliragung, Vika tinggal bersama ibu dan adiknya. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak bungsunya telah menikah dan yang kedua masih kuliah di Malang sambil bekerja. Sedangkan adiknya, Ikfi Rohimah, saat ini masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

Tidak lama lagi Vika akan menamatkan pendidikan SMK-nya. Ia berharap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. “Semoga keluarga selalu baik-baik saja dan ibu segera sembuh,” katanya lirih. (bay)