SORE hari, seperti biasa, Nasywa Hasyim berada di warung orang tuanya. "Maju! Hajar!" teriak seorang anak di pojok warung. "Aduh, gagal!" sahut anak satunya disusul umpatan dan derai tawa dari anak-anak lainnya. Padahal mereka tidak saling berhadapan, hanya gawai di tangan yang mereka pelototi. Sambil dua jempol mereka terus bergerak-gerak tanda sedang mengoperasikan sesuatu.
Belajar di tengah keramaian, mungkin tidak semua orang bisa melakukannya. Akan tetapi, berbeda dengan pelajar yang satu ini, dia memilih belajar di warung milik orang tuanya, sambil membantu mereka melayani pelanggan. Meskipun di tengah teriakan dan umpatan para pecinta game online, gadis berperawakan kecil ini terlihat bisa berkonsentrasi pada buku di hadapannya. "Sudah biasa," ujarnya lirih.
Baca juga: Mustofa Tetap Mengukir Juga Melukis
Gadis bernama lengkap Nasywa Hasyim Makki ini merupakan anak sulung pasangan Moh. Hasyim Makki dan Yuyun Wijayanti, warga Dusun Rejoagung, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Sebagai anak sulung, dia merasa bertanggung jawab membantu kedua orang tuanya yang membuka usaha warung.
Baca Lainnya :
Selain menjual makanan ringan kegemaran anak-anak, warung milik Hasyim Makki juga menyediakan kopi dan wi-fi untuk pelanggannya. Inilah alasan para pecinta game online sering nongkrong di warung ini. Dan waktu yang paling ramai adalah mulai pukul enam sore hingga sepuluh malam.
Nasywa membuktikan bahwa belajar dalam suasana yang tidak ideal bukanlah halangan untuk berprestasi. Gadis berkaca mata ini, baru-baru ini, berhasil menyabet juara 1 lomba menulis esai tingkat SMA yang diselenggarakan oleh PT Bumi Suksesindo. Piagam dan sebuah laptop pun dia bawa pulang sebagai hadiah.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Hebatnya, meskipun masih kelas 10 di SMAN 1 Pesanggaran, Nasywa berhasil mengalahkan 37 peserta perwakilan dari SMA, SMK, dan MA se-Kecamatan Pesanggaran yang sebagian besar merupakan kakak tingkatnya. "Terus belajar dan banyak-banyak membaca referensi, itulah kuncinya," katanya.
Dia belajar menulis sejak umur 13 tahun ketika masih duduk di bangku SMPN 2 Pesanggaran. Berbagai lomba menulis dari tingkat lokal hingga nasional telah dia ikuti. Tahun 2019 lalu, dia terpilih sebagai juara 3 Duta Bahasa Indonesia Banyuwangi.
Baca juga: Jalan Pelik Pembalap Cilik
Di sekolahnya saat ini, Nasywa juga masuk ke dalam kelas akselerasi, yaitu kelas khusus yang diperuntukkan bagi mereka yang berkelebihan di bidang intelektual atau kreativitas dan motivasi belajar. Berada di kelas akselerasi menjadi tantangan tersendiri baginya karena jam belajarnya lebih padat dibanding kelas reguler. "Harus pandai-pandai mengatur waktu," kata perempuan yang sehari-hari berjilbab ini tenang.
Selain menulis esai, gadis yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anak ini juga menulis puisi. Meskipun belum pernah diikutkan lomba, karya-karyanya menarik perhatian pihak sekolah. "Rencananya, puisi-puisi saya akan dijadikan buku oleh pihak sekolah," ungkapnya senang.
Sebagai orang tua, Hasyim merasa bersyukur melihat prestasi anaknya. Dia akan memberi kelonggaran kepada anaknya apabila ada tugas-tugas sekolah maupun saat persiapan lomba. Dia pun tidak segan mendampingi anaknya saat belajar. "Saya selalu mendoakan yang terbaik untuknya," ujarnya. (ala)