Kamis, 21 Nov 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Panen Padi dan Para Wanita yang Ngasak

MATAHARI bersinar dengan terik ketika para petani di Silirbaru, Sumberagung, Pesanggaran mengumpulkan tangkai-tangkai padi yang telah dipotong. Mereka mengumpulkannya menjadi satu tumpukan. Para petani menyebut aktivitas ini napel.

Di sisi lain, tampak beberapa wanita, semua ibu-ibu, duduk di pematang sawah sambil bercengkrama. Sesekali tawa ceria berderai. Beberapa gulungan tikar dalam keranjang ada di dekat para wanita itu duduk.

Baca juga: Petilasan Datuk Ibrahim di Sungailembu

Beberapa saat kemudian, Paiman, telah menyelesaikan pekerjaan napel-nya. Dia juga sudah menggelar tikar di dekat tumpukan padinya. Sebuah mesin perontok padi (thresher) berada di samping tumpukan padi dan tikar tersebut.


Baca Lainnya :

para wanita yang ngasak 2
Seorang wanita memanggul hasilnya ngasak.

Melihat hal tersebut, para wanita yang sedari tadi hanya duduk-duduk sambil mengobrol pun bergerak mendekati thresher. Di sekitar mesin bersuara bising tersebut, mereka menggelar tikar masing-masing kemudian duduk menunggu.

Para wanita ini bersiap untuk ngasak, yaitu mengumpulkan butir-butir padi yang terbuang. Dalam masyarakat Pesanggaran dan Banyuwangi pada umumnya, musim panen padi tidak bisa lepas dari para pengasak.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Ketika petani memanen, mereka pasti datang. Menurut Paiman, sebelum tahun 2000-an, jumlah pengasak yang mengelilingi satu mesin thresher bisa mencapai 50 orang. Bukan hanya ibu-ibu yang ngasak, para remaja juga banyak yang melakukannya.

"Saat ini, angka itu turun drastis hanya antara 10 sampai 20 orang saja. Itu pun terdiri dari orang tua. Untuk remaja sudah tidak ada lagi yang ngasak," kata Paiman.

Baca juga: Jejak Tentara Jepang di Poncomoyo

Setelah mesin thresher menyala, Paiman pun mulai mengambil tangkai-tangkai padi dari tumpukan dan memasukkannya ke mulut mesin. Tidak berapa lama, butir-butir padi berjatuhan di atas tikar. Semakin lama bertambah banyak. 

Begitu jerami keluar dari mesin perontok, dia lekas mengambilnya dan memberikan kepada para pengasak yang menunggu dengan sabar. Mereka yang sudah mendapat bagian langsung menapis jerami tersebut, berharap ada satu dua butir padi yang tertinggal.

Dengan cara tersebut, seorang pengasak bisa mengumpulkan hingga 20 kilogram padi dalam sehari. "Tergantung banyaknya padi yang diproses. Juga banyaknya yang ngasak," ujar Suyati, 60 tahun, salah satu pengasak.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Ibu yang mempunyai lima anak itu menambahkan, saat ini ngasak sudah tidak menarik lagi bagi para ibu-ibu yang ada di desanya. Pasalnya, para petani banyak yang langsung menjual padinya ke para pemborong sehingga hasil ngasak sangat sedikit.

Para pemborong biasanya menggunakan mesin yang dimodifikasi khusus, sehingga padi yang terbuang sangat sedikit. Untuk menyiasatinya, mereka akan mengambil batang-batang padi yang yang tercecer di sawah. (ala)