Sumberagung – Setiap malam Jumat Legi di Bulan Suro (Muharam), beberapa kelompok masyarakat Banyuwangi memperingatinya dengan mengadakan tradisi ‘Baritan‘. Tradisi Baritan sudah berlangsung sejak lama dari generasi ke generasi. Bentuknya bisa bermacam-macam di setiap daerah.
Warga Desa Sumberagung juga menggelar Baritan di lingkungannya, Kamis, 27 Agustus 2020. Pelaksanaannya ada yang di musala dan ada yang di perempatan atau pertigaan, tergantung kesepakatan warga lingkungan masing-masing. Kesamaannya, setiap warga membawa takir berisi nasi beserta lauk-pauknya lalu membaca doa bersama-sama.
Di Silirbaru, salah satu dusun di Desa Sumberagung, pukul 17.00, warga berkumpul di perempatan timur pasar. Puluhan takir ditata rapi di atas terpal yang berfungsi sebagai alas, sementara warga duduk bersila mengitarinya.
Baca juga: Kirab Santri Meriahkan Muharam di Kandangan-Sarongan
Setelah dirasa siap, warga sekitar pasar ini mulai melantunkan doa-doa pujian kepada Tuhan. Uniknya, doa-doa ini dibaca dalam dua versi bahasa: Jawa dan Arab. Masyarakat menyebut doa dalam Bahasa Jawa ini diujubne, yang berarti menerangkan atau mengungkapkan maksud keselamatan.
“Ini merupakan wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta. Baritan juga menjadi momen untuk mendoakan para leluhur serta menolak balak,” kata Subandi, 62 tahun.
Lanjut ke halaman berikutnya…