Jumat, 22 Nov 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Belajar Membuat Angklung dari Pak Pri

Sedulur, Sarongan – Saat Sedulur datang, Supri, 62 tahun, sedang membuat angklung. Dengan telaten dia serut potongan-potongan bambu dengan sebilah pisau menyerupai sabit. Uniknya, tajam pisau tersebut ada di bagian punggungnya.

Sisa-sisa serutan menyerupai tali-tali pendek menumpuk di depannya. Tidak jauh dari tempatnya duduk, stok potongan-potongan bambu yang belum digarap tertumpuk rapi.

Melimpahnya sumber daya alam di Desa Sarongan, dimanfaatkan warga untuk menjalani usaha. Seperti yang ditekuni oleh Supri. Lelaki yang biasa dipanggil Pak Pri ini memanfaatkan bambu dan mengubahnya menjadi alat musik tradisional angklung.

Baca juga: Penjual Bunga di Pasar Silirbaru


Baca Lainnya :

Sejak 48 tahun yang lalu, ia mengaku mulai mengenal angklung dari kegemarannya mengikuti sanggar musik tradisional di daerahnya. Kegemaran ini membuat bakat seninya semakin terasah. Dia pun semakin mencintai alat musik bambu yang dibunyikan dengan cara digoyang ini.

membuat angklung 2
Angklung buatan Supri.

Pak Pri tidak hanya belajar mamainkan angklung, sedikit demi sedikit dia juga mempelajari cara membuatnya. “Usia 20 tahun saya sudah bisa menyinkronkan nada,” katanya mengenang masa-masa mudanya.

Awal mulanya, Supri membuatnya untuk dipakai sendiri. Tidak ada pikiran untuk menjualnya karena baginya bermusik adalah untuk kenikmatan batin. Dia menyimpan angklung buatannya dan memainkannya pada saat-saat tertentu untuk menghibur diri.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Kata orang, rezeki tidak akan tertukar. Suatu hari, salah satu sekolah membutuhkan alat musik untuk kegiatan para siswanya. Mereka mendatangi Supri dan menawar koleksi angklungnya. “Waktu itu saya sedang menganggur dan membutuhkan uang,” katanya.

Dengan berat hati, ia pun menjual angklungnya. Dari pengalaman itu, Supri memulai usaha angklung untuk dijual.

Selama menjadi perajin angklung, tidak banyak kendala yang dihadapinya. Satu-satunya kendala, menurutnya, adalah ketersediaan bambu. Jenis bambu yang bagus adalah bambu wulung yang sudah tua. Apabila stok bambu di kebunnya sedang tidak ada, Supri mencarinya di hutan.

Baca juga: Jajanan Baru 'Pisang Hero' sedang Tren di Pesanggaran

“Bambu itu kemudian dijemur di bawah terik matahari agar kering dan menghasilkan suara yang nyaring,” ujarnya.

Keuntungan yang didapat Supri cukup menggiurkan. Untuk satu set angklung polos dihargai Rp3 juta dan bisa lebih mahal hingga Rp4 juta apabila dengan variasi gambar. “Apabila tidak ada kendala, saya bisa menyelesaikan satu set angklung dalam waktu satu bulan,” katanya.

Selain itu, Pak Pri juga membuat sanggar musik di rumahnya dan mengajarkan cara membuat angklung. Ada sekitar 30 anak-anak dan pemuda Sarongan yang belajar darinya. “Saat ini masih libur karena Corona,” katanya. (gil)