Direktur PT Bumi Suksesindo, Riyadi Effendi (baju batik), meninjau tempat pengolahan kayu limbah di Pesanggaran, Selasa, 20 Desember 2022.
Sedulur, Pesanggaran - Direktur PT Bumi Suksesindo (BSI/Perusahaan), Riyadi Effendy, mengunjungi pengolahan kayu limbah, program Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan untuk warga Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Selasa, 20 Desember 2022.
Meskipun program tersebut dikelola oleh warga Dusun Pancer, lokasi pengolahan limbah kayu tersebut berada di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Pesanggaran--tidak jauh dari Pasar Desa Pesanggaran.
Riyadi Effendy atau yang akrab disapa Teddy datang bersama manajemen PT BSI dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (perusahaan induk PT BSI). Sesampainya di lokasi, Teddy langsung menemui koordinator pelaksana program, Rusdi, yang saat itu tengah mendampingi para pekerjanya beraktivitas.
Baca Lainnya :
Baca juga: Perusahaan Tambang Emas PT Bumi Suksesindo Resmikan Musala untuk Warga Dusun Pancer
Sambil berkeliling melihat-lihat aktivitas di tempat tersebut, Teddy terlihat berdiskusi dengan Rusdi. Dari raut mukanya, dia terlihat senang melihat perkembangan program dari PT BSI tersebut. Setelah merasa cukup, Teddy dan rombongan pun pamit meninggalkan lokasi pengolahan kayu tersebut.
Selepas kunjungan, Rusdi bercerita mengenai program pengolahan kayu limbah tersebut kepada sedulur,co. Menurutnya, kayu-kayu yang dia olah dikirim dari site PT BSI dan masih dalam bentuk kayu gelondongan. Kayu-kayu tersebut kemudian diolah menjadi balok kayu, papan, usuk, dan reng.
Kayu-kayu olahan tersebut lalu dipergunakan untuk mendukung program bedah rumah Perusahaan. "Masih ada 10 rumah tidak layak huni yang akan dibedah oleh Perusahaan," kata Rusdi.
Dalam menjalankan usahanya ini, Rusdi dibantu oleh 20 orang pekerja yang bekerja mulai hari Senin sampai Sabtu. "Pada hari Minggu, mereka kita liburkan," katanya.
Untuk menjalankan usaha ini, Rusdi harus mengeluarkan biaya operasional mencapai Rp3 juta rupiah setiap hari, termasuk gaji pekerja yang dibayarkan setiap seminggu sekali. Sementara itu, untuk biaya menggergaji kayu, dia harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp1,2 juta rupiah per rit.
Rusdi mengklaim, biaya penggergajian bisa dihemat apabila menggunakan alat sendiri. Sayangnya, ia belum bisa mengoperasikan gergaji kayu miliknya karena masih membutuhkan beberapa perlengkapan lagi agar bisa berfungsi.
Baca juga: Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur Beri Penghargaan Perusahaan yang Serius Kelola Lingkungannya
"Dalam sebulan, jika kita akumulasi, biaya yang kita keluarkan bisa mencapai 100 juta rupiah," ucap lelaki bertubuh gempal itu.
Agar para pekerja bisa terus beraktivitas, Rusdi mengaku membutuhkan suplai kayu mentah atau gelondongan sebanyak 5 rit per minggu. Karena keterbatasan stok kayu mentah, dia mewacanakan kayu-kayu tersebut diolah lagi menjadi barang mebel, seperti meja, kursi, dan gazebo.
Dia optimis kayu olahan akan lebih bernilai secara ekonomi dan para pekerjanya bisa terus bekerja. "Tapi ini baru wacana. Kita belum memiliki peralatannya," kata Rusdi memungkasi. (bay)