Sarongan – Para nelayan kampung Rajegwesi bisa tersenyum lebar karena beberapa minggu ini mereka sedang panen ikan. Ikan yang dihasilkan, antara lain ikan layang atau mrenying, lemuru, dan tongkol.
Harga jual ikan layang dan lemuru saat ini Rp5 ribu per kilogram, sedangkan ikan tongkol bisa laku Rp15 ribu per kilogram. Para nelayan bisa memperoleh uang Rp2-3 juta setiap hari.
"Setiap berlayar, baik malam hari maupun siang hari, saya bisa mendapat 7-15 kwintal,” ucap Beni, salah satu nelayan, kepada Sedulur.
Baca juga: Kirab Santri Meriahkan Muharam di Kandangan-Sarongan
Baca Lainnya :
Dengan hasil sebanyak itu, lanjut Beni, nelayan untung besar. Pasalnya, biaya operasional setiap kali melaut hanya berkisar Rp200 ribu atau setara dengan ikan 70 kg saja.
Para nelayan ini biasanya mencari ikan hingga di perairan Betiri, Sukamade, dan Poncomoyo. Karena lokasi tersebut tidak terlalu jauh, Beni mengaku bisa melaut hingga tiga kali dalam sehari semalam.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Ternyata, panen ikan ini bukan hanya menjadi kebahagiaan para nelayan saja. Warga sekitar pantai Rajegwesi, khususnya para petani dan pencari kayu hutan, pun ikut merasakan keuntungan. Mereka ikut bekerja menjadi buruh pengangkut ikan atau melepaskan ikan dari jaring—warga setempat menyebutnya cetet.
Para kuli angkut ini bertugas memindahkan ikan dari perahu ke tempat pelelangan ikan (TPI) yang berjarak sekitar 200 meter. Hitungan upahnya berdasarkan berapa keranjang yang mereka angkut. Satu keranjang besar biasanya seberat 100 kg, sedangkan keranjang kecil seberat 30 kg.
Sutaji, salah seorang kuli angkut, mengaku bisa mengumpulkan uang hingga Rp300 ribu dalam sehari kerja. Lelaki gempal ini mampu mengangkut 15 keranjang ukuran besar. “Tergantung banyak sedikitnya ikan hari itu,” katanya.
Baca juga: Tradisi 'Baritan', Momen Kebersamaan dalam Doa
Sebelumnya, kampung nelayan yang ada di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi ini terus mengalami paceklik ikan. Para nelayan sempat khawatir keadaan ini akan terus berlanjut karena, menurut mereka, di bulan Suro (Muharam) biasanya sulit mencari ikan.
Saat musim ikan seperti ini, sedikitnya ada 100 perahu nelayan yang beroperasi di pantai Rajegwesi. Para nelayan bersyukur karena kekhawatiran akan kelangkaan ikan tidak terjadi. “Kalau begini terus, nelayan bisa beli mobil,” kata Beni sambil tertawa. (gil)