Minggu, 06 Okt 2024
MENU
HUT Ke-79 RI

Belajar Cara Menanam Porang atau Iles-iles

PORANG adalah salah satu jenis tanaman yang sedang menjadi primadona baru petani saat ini. Keuntungan yang berlipat ganda menjadi salah satu alasan mereka menanamnya.

Tanaman yang memiliki nama latin Amorphophallus muelleri ini masuk dalam kategori umbi-umbian, seperti suweg dan walur. Pohonnya akan muncul saat musim hujan dan menghilang saat musim kemarau.

Baca juga: Budi Daya Lebah Madu Klanceng di Kandangan

Untuk mengetahui seluk beluk pertanian porang atau iles-iles, sedulur.co menemui seorang petani asal kampung Gunungan, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, bernama Abdollah, Rabu, 10 Februari 2021. Lelaki 27 tahun ini mulai menanam porang pada akhir 2018. Waktu yang cukup baginya merasakan keuntungan menanam tanaman musiman ini.


Baca Lainnya :

menanam porang 2
Buah porang.

Seperti lazimnya menjalankan usaha apa pun, menanam iles-iles membutuhkan kesabaran dan ketekunan. "Dulu waktu pertama kali saya menanam porang, banyak sekali kendala yang saya hadapi. Dari semua tanaman mati hingga diserang hama babi," ujarnya santai.

Belajar dari pengalaman pahitnya itu, Dollah, demikian panggilan akrabnya, malah menyeriusi usaha barunya tersebut. Namun, kali ini dia tidak asal. Dia belajar. Kepada siapa saja yang pernah menanam porang. Dia juga banyak membaca referensi.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Setelah dirasa pengetahuannya cukup, Dollah pun menanami lagi tanah seluas 500 meter persegi milik ayahnya. Lokasinya berjarak sekitar satu kilometer dari tempat tinggalnya. Ada sekitar 500 benih yang ia tanam akhir tahun 2018 itu. "Untuk bibit, saya dulu mencari di hutan," katanya.

Akhirnya, setelah tanamannya berumur dua tahun, Oktober 2020, dia memanennya. Kali ini dia sukses. Hasilnya melimpah, mencapai lima ton. Pada saat itu, dia bisa menjual dengan harga Rp10.000 per kilogram untuk porang basah atau yang langsung dari dalam tanah.

Baca juga: Berburu Belalang Kayu di Pinggiran Hutan

"Sebenarnya," Dollah melanjutkan, "Kalau mau mengolahnya, harganya bisa lebih mahal." Cara pengolahannya, yaitu dengan diiris tipis-tipis kemudian dijemur sampai kering. Untuk jenis ini, harganya bisa mencapai Rp35.000 per kilogram.

Selanjutnya, tanda tanaman porang sudah siap panen apabila daunnya mulai menguning dan jatuh ke tanah. Keadaan ini terjadi setiap tahun, yaitu pada saat musim kemarau mulai datang. 

Berkaitan dengan masa panen, Dollah menyarankan agar petani memanen ketika tanaman porangnya telah berumur dua tahun. "Ini agar ukuran umbi porang makin besar dan bobotnya juga banyak," katanya.

Lanjut ke halaman berikutnya...

Selain menjual umbinya, Dollah juga bisa menjual buahnya, yakni buah yang tumbuh di bagian batang cabang pohon porang. Selain dari umbi katak, pembibitan bisa dari biji buah ini.

Dollah menjual buah porang kepada petani lokal dengan harga Rp250.000 per 100 biji. Selain itu, dia juga menyemai bibit sendiri. Sebagian dia tanam sendiri, sebagian lagi dia jual. Harga bibit siap tanam 1.200-3.000 rupiah per batang. "Tergantung ukurannya," ucapnya.

Baca juga: Geliat Peternak Kambing di Desa Sumberagung

Setelah sukses panen pertama, November tahun lalu, Dollah mulai menanam lagi. Dia menambah jumlah tanamannya menjadi 1.000 batang. "Waktu tanam terbaik tanaman porang adalah pada saat musim hujan," tuturnya.

Dalam kesempatan ini, Abdollah juga berkenan berbagi tips menanam porang. Pada dasarnya, tanaman ini bisa tumbuh di tanah jenis apa pun. Untuk hasil maksimal, menurutnya, petani harus memerhatikan keasaman tanah pada PH 6-7. Juga, porang bisa tumbuh lebih baik di area yang rindang.

Selain itu, jarak tanam, "Jangan terlalu rapat atau pun terlalu renggang," kata Dollah. Jarak tanam ideal adalah 30-100 cm antar pohon. "Jangan lupa mencampur kompos saat pengolahan tanah."

Lanjut ke halaman berikutnya...

Yang tidak kalah penting lagi adalah pemilihan bibit. Untuk bibit dari mata katak, Abdollah menganjurkan agar memilih yang tidak busuk dan berlubang karena jamur atau teriris. Agar cepat tumbuh, pilih yang sudah bertunas. Sedangkan untuk bibit cabutan atau sudah berbatang, pilih yang berwarna hijau. Jangan pilih bibit yang sudah menguning.

Selain hama, penyakit porang adalah batang busuk dan daun layu akibat jamur. Dalam keadaan seperti ini, Dollah biasanya mengobati dengan obat pabrikan yang banyak dijual di toko pertanian.

Di daerah Sarongan, bukan hanya Abdollah yang menanam porang. "Lebih sepuluh orang sekitar sini yang menanam," kata Dollah. Porang yang dulu hanya tanaman hutan biasa, kini mulai jadi primadona. (gil)